Foto Kegiatan

Kamis, 22 Maret 2012

METODE PENELITAN KUALITATIF POSITIVISME


METODE PENELITAN KUALITATIF POSITIVISME
Rasmian

      A.Pengantar
Ilmu pengetahuan sering dipandang sebagai akumulasi pengetahuan yang sistematis. (Nasution, 2004:2). Ilmu  pengetahuan yang memiliki sifat sistematis tersebut pada hakekatnya bersifat tentative atau sementara. Sehingga sewaktu –waktu dapat berubah atau berkembang. Ilmu pengetahuan dapat berubah atau berkembang dikarenakan adanya  penegetauan-pengetahuan baru yang dianggap lebih benar. Dalam hal ini, penelitian merupakan salah satu faktor penentu perubahan tersebut.
Dunia penelitian dari waktu ke waktu juga berkembang. Sejak abad ke16-17 paradigma penelitian dipengaruhi oleh pandangan rasionalisme (tahun 1596-1650). Isi  pandangan ini antara lain 1) sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal (rasio), 2) pengalaman empiris hanya berfungsi mengukuhkan pengetahuan yang diperoleh oleh akal, 3) akal tidak memerlukan pengalaman indrawi ( Mantra, 2008:34).
Pada tahun 1651-1626 paradigma penelitian dipengaruhi pandangan empirisme. Diantara isi pandangan ini adalah 1) dunia merupakan suatu keseluruhan sebab akibat, 2) perkembangan akal ditentukan oleh perkembangan empiris ( Mantra, 2008:34).
Selanjutnya  pada abad ke-19 paradigma penelitian dipengaruhi  pandangan positivism yang dipelopori oleh pemikiran Auguste Comte (1798-1857). Dalam usaha untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat, kelompok positivisme berusaha untuk mengetahui melalui penelitian ( Mantra, 2008:24). Pendekatan yang dianut oleh kelompok positivisme ini sering disebut sebagai penelitain kuantitatif.
Dalam makalah singkat ini akan dibahas secara singkat pula penelitian kualitatif yang memanfaatkan pandangan positivisme.

B.      Mengenal Pisitivisme dan Metodologi Penelitiannya
Sebagaimana dijelaskan dalam subbabpengantar  bahwa Positivisme diperkenalkan oleh Auguste Comte (1798-1857). Auguste Comte berpandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta(Salahundin, 2011: 74). Dengan demikian ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Dalam hal ini Muhajir (2000, 12) menjelaskan bahwa kaum positivisme mengembangkan metodologi aksiomatisasi teori ilmu ke dalam ke dalam logika matematik, dan dikembangkan lebih jauh dalam logika induktif.  Oleh karenanya  penerapan metode tersebut banyak dipakai oleh ilmu-ilmu alam. Menurut             W.  Dilthey  dalam Hardiman (2003: 22) ilmu dibedakan menjadi dua yaitu ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu roh/budaya. Ilmu-ilmu alam mepiluti ilmu Fisika, Kimia, Biologi dan lain sebagainya.
Penerapan pandangan positivisme dalam penelitian ilmu alam menurut Hardiman ( 2003:22) dapat dijelas  sebagai berikut:
a.       Seorang ahli ilmu alam misalnya mengamati benda jatuh, sel atau larutan asam di laboratorium. Ia memandang objek penelitian tersebut dengan sikap bahwa proses-proses alamiah itu hanya sebagai objek belaka.
b.      Dengan pandangan bahwa proses alamiah itu hanya sebagai objek belaka, peneliti menghadapi objeknya sebagai fakta netral.
c.        Peneliti memanipulasi objeknya dengan eksperimen untuk menemukan pengetahuan menurut model “sebab-akibat”.
d.      Hasil  manipulasi adalah sebuah pengetahuan tentang hokum-hukum yang niscaya terjadi di alam.
Sedangkan menurut Mantra (2008:24) kaum Positivisme melakukan penelitian melalui beberapa tahap. Tahap pertama membuat hipotesis tentang penyebab terjadinya masalah, tahap kedua  menguji hipotesis melalui percobaan, observasi dan komparasi. Tahap ketiga menganalisis apakah hipotesis diterima atau ditolak.  Jika hipotesis diterima maka statusnya berubah menjadi tesis, kebenaran atau dalil.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian Positivisme adalah:
a.       Penelitian yang mengunakan ilmu logika matematik,
b.      Karena mengunakan logika matematik, maka data-data berupa angaka matematik, oleh karena itu penelitian disebut sebagai penelitian kuantitatif
c.       Penelitian diterapkan pada ilmu alam yang meliputi fisika, kimia, biologi
d.      Penelitian menggunakan tahap perumusan hipotesis, percobaan, analisis hipotesis dan penyimpulan masalah
e.      Jika hipotesis diterima, maka ia berubah menjadi tesis, kebenaran atau dalil.

C.      Metode Penelitian Kualitatif Positivisme
Judul makalah ini “ Aliran Positivisme dalam Penelitian Kualitatif”. Berdasarkan judul tersebut orang mungkin  bertanya “apakah yang dimaksud dengan penerapan metode kuantitatif (metode ilmu alam/ metode positivisme) pada penelitian kualitatif”?
Sebelum menjelaskan masalah tersebut terlebih dahulu kita bahas tentang penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2002:2) penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Istilah ini tampaknya digunakan untuk menujukkan kebalikan dari istilah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif Menurut Moleng adalah penelitian yang didasarkan pada perhitungan matematik yang meliputi prosentase, rata-rata, ci kuadrat dan perhitungan statistic lain( 2002:2).
Sedangkan Bungin (2010:3) mengemukan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian sosial yang menggunakan paradigma fenomenologi. Berbeda dengan Bungin, Arikunto (2006:12) memakai istilah penelitian kualitatif naturalistik sebagai padanan istilah kualitatif. Arikunto menjelaskan penelitian kulitatif naturalistik menunjuk bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. Dengan kata lain penelitian kualitaif merupakan penelitian  yang kesimpulannya tidak diperoleh dari prosedur-prosedur statistik
Kembali pada pertanyaan “apakah yang dimaksud dengan penerapan metode kuantitatif (metode ilmu alam/ metode positivisme) pada penelitian kualitatif”?
Menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu diingat pendapat Hardiman tentang pandangan positivism dalam penelitian ilmu alam yang telah dikutip pada subbab Mengenal Pisitivisme dan Metodologi Penelitiannya. Langkah-langkah yang dipakai dalam penelitian ilmu alam tersebut diterapkan dalam penelitian social yang objeknya diganti dengan ‘’fenomena-fenomena sosial”. Data dalam penelitian kualitatif diubah menjadi data kuantitatif.

Contoh proposal penelitian kualitatif


TRANSFORMASI NILAI-NILAI AJARAN ISLAM DALAM BUMI CINTA
 KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY: KAJIAN INTERTEKS
oleh Rasmian

1.      Latar Belakang
Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan  sosial  yang  beraada di sekelilingnya. Malalui karya sastra akan terekam kehidupan masyarakat tertentu.  Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan  dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel.  Novel berasal dari kata novella bahasa Italia yang berarti ‘sebuah karangan baru yang kecil’( Nugiyantoro:2010: 9) Menurut Tim Penyusun Kamus ( 2008: 339) istilah novel sama artinya dengan istilah roman. Tim Penyusun Kamus (2008:1314) mendefinisikan roman sebagai karangan prosa yang melukiskan perbuatan-perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwanya.
Sastra mengandung nilai. Bertens   (2007:   140)   menjelaskan pengertian   nilai   melalui   cara memperbandingkannya   dengan   fakta.   Fakta menurutnya adalah sesuatu yang ada atau berlangsung begitu saja. Sementara nilai adalah sesuatu yang berlaku, sesuatu yang memikat atau menghimbau kita. Fakta dapat ditemui dalam konteks deskripsi semua unsurnya dapat dilukiskan satu demi satu  dan  uraian  itu  pada  prinsipnya  dapat  diterima  oleh  semua  orang.  Nilai berperanan  dalam  suasana  apresiasi  atau  penilaian dan  akibatnya  sering  akan dinilai secara berbeda oleh orang banyak. Nilai selalu berkaitan dengan penilaian seseorang,   sementara  fakta  menyangkut  ciri-ciri  obyektif  saja. 
Sudjiman (1998: 53) mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang menyuguhkan  tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengugkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Novel tidak hanya sebagai  alat  hiburan,  tetapi  juga  sebagai  bentuk  seni  yang  mempelajari  dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur.
Nilai sastra selalu ada hubungannya dengan pandangan hidup pengarangnya. Hal ini senada dengan pandangan Nurgiyantoro ( 2010:24) bahwa unsure biografi pengarang turut menentukan nilai sastra. Unsur biografis tersebut meliputi sikap, keyakinan dan pandangan hidup pengarang. Jika saja pengarang memiliki pandangan hidup relegius tentu  akan mempengaruhi karya-karyanya.
Dalam pandangan lain, suatu kary sastra lahir sebagai refleksi  dari teks lain. Teeuw ( 1980) dalam Pradopo (2010:167) mengemukakan bahwa sastra tidak lahir dalam situasi kosong kebudayaan. Kristeve sebagaimana dalam Endaswara (2011:131) menyatakan  hakekat  teks yang di dalamnya terdapat teks lain. Unsur teks yang masuk dalam teks lain dapat saja hanya setitik saja.
Kristeva mengemukakan bahwa tiap teks itu, termasuk teks sastra, merupakan mozaik kutipan-kutipan dan merupakan penyerapan serta transformasi teks-teks lain. Secara khusus, teks yang menyerap dan mentransformasikan hipogram dapat disebut sebagai teks transformasi. Untuk mendapatkan makna hakiki dari sebuah karya sastra yang mengandung  teks transformasi semacam itu, digunakan metode intertekstual, yaitu membandingkan,  menjajarkan, dan  mengontraskan sebuah teks  transformasi dengan hipogramnya (melalui Pradopo, 2010: 132).
Novel “Bumi Cinta“ karya Habiburrahman El Shirazy dipilih dalam penelitian ini karena sangat menarik untuk dikaji. Munculnya novel yang berjudul “Bumi Cinta“ karya Habiburrahman El Shirazy juga turut memicu dalam perkembangan novel di Indonesia khususnya dalam pembangunan jiwa manusia. Novel ini dibuka dengan suasana bandara Sheremetyevo yang tengah berselimut salju. Muhammad Ayyas, pemuda Indonesia jebolan Universitas Islam Madinah yang tengah menyelesaikan master sejarah S2 di India sengaja datang ke Moskwa untuk melakukan riset penelitian untuk tesisnya. David, seorang kawan lamanya membantu Ayyas untuk mencarikan apartemen yang cocok untuknya. Apartemen tua tersebut berada di Smolenskaya, yang dibangun pada zaman pemerintahan Stalin, dan tepat berhadapan dengan The White House Residence. Sayangnya, meskipun memiliki kamar tidur sendiri dalam apartemen itu, Ayyas harus berbagi ruang tamu, dapur dan kamar mandi dengan dua wanita cantik, Linor dan Yelena. Yang tak tanggung-tanggung, Yelena adalah pelacur high class, atheis, yang menyamar sebagai guide bagi turis-turis asing yang berkunjung ke Moskwa. Sedangkan Linor adalah jurnalis sekaligus seniman orkerstra yang piawai bermain biola, padahal sebenarnya agen Mosad.
Dari sinilah konflik demi konflik dimulai. Ayyas, seorang muslim berjuang dengan keteguhan iman melawan kondisi Moskwa yang menjunjung freesex dan kebebasan tak bertuhan. Belum lagi dengan kehadiran Doktor Anastasia Palazzo, asisten Profesor Abramov Tomskii, yang membimbing penelitian Ayyas di Moskovskyj Gosudarstevnnyj Universiteitimeni Lomonosova (GMU). Sosok cerdas nan anggun Anastasia menjadi cobaan tersendiri bagi Ayyas, yang sebenarnya Anastasia sendiri jatuh hati pada Ayyas.
Dalam novel ini menyajikan adu argumentasi dua tokohnya dengan memikat, Ayyas dan Anastasia. Begitu dewasa dan berkelas. Salah satunya saat Anastasia meminta Ayyas untuk menjelaskan manfaat mempelajari sejarah. Dan Ayyas pun menjawabnya dengan gambaran rinci bagaimana kehidupan dan perjuangan Anastasia sendiri sebelum menjadi doktor di GMU. Juga saat Ayyas yang membantah teori Nietzche yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati, di sebuah seminar.
Diceritakan saat Ayyas sepulang dari Moskovsky Soborni Mechet atau Masjid Agung Moskwa, Ayyas menjumpai Linor tengah bergumul dengan Sergei Gadotov, seorang tangan kanan Boris Melnikov, Bos gang mafia Voykovskya Bratva, di ruang tamu apartemen. Ayyas merasa jijik dan langsung masuk ke dalam kamar, lalu memutar Murattal Al Qur’an dari laptop-nya keras-keras. Terang saja Sergei tersinggung dan marah besar. Perkelahian pun tak terelakkan.
Ayyas membuat Sergei tak berdaya. Saat Linor berusaha melerai, justru Sergei memukul dan mencekiknya. Beruntung Ayyas segera menolongnya. Kali ini Sergei benar-benar sekarat. Linor membawa Sergei keluar apartemen dengan mobilnya. Linor berencana menghabisi Sergei. Tapi Sergei mati dalam perjalanan. Naluri Mosad Linor pun bereaksi. Linor melenyapkan dan mengalihkan bukti-bukti agar pembunuhan bukan seolah-olah karena Ayyas dan Linor.
Di lain kesempatan, Ayyas menyelamatkan Yelena yang nyaris mati setelah anak buah Olga Nikolayenko, mucikarinya, menganiaya Yelena dan membiarkan tak berdaya di jalan bersalju.
Namun, Boris merasa tak begitu saja percaya dengan alibi Linor. Boris pun mencurigai Linor. Melihat nyawanya terancam bahaya, Linor meminta untuk Yelena untuk meletakkan ponsel Sergei di kamar mandi Olga Nikolayenko. Dengan demikian, Boris akan menyangka Olga lah pelakunya. Akibatnya, pastilah terjadi pertempuran dahsyat antara dua mafia, Voykovskaya Bratva yang di pimipin Boris, dan Tushinskaya Bratva yang dipimpin Vladimir Nikolayenko, suami Olga Nikolayenko. Yelena pun menyetujui rencana Linor agar Yelena benar-benar terlepas dari kekangan Olga dan kehidupan kelamnya.
Rencana busuk Linor dan Ben Solomon lainnya adalah membuat alibi seolah-olah Ayyas lah pelaku bom di Hotel Metropol dengan meletakkan bahan bom dalam ransel di kamar Ayyas. Intrik demi intrik berbau mafioso ini membuat saya seperti membaca The Godfather.
Yang paling penting sebenarnya adalah hikmah yang terkandung sebagaimana dalam prolog novel ini, yakni sebuah tadabbur Firman Allah QS. Al Anfal (8): 45-47, tentang resep mujarab yang telah Allah berikan guna menghadapi musuh-musuh iman; (1) berteguh-hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya; (2) taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan; (3) bersabarlah; dan (4) janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.
Berdasarkan alasan-alasan di atas penulis tertarik membuat penelitian dengan judulTransformasi Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy: Kajian Interteks”.

2.      Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Dengan demikian, objek penelitian, referensi, dan rujukan-rujukan lain penulis peroleh dari  sumber-sumber tertulis yang terdapat di perpustakaan. Sedangkan  objek yang diteliti adalah novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, diterbitkan Basmala di Jakarta tahun  2010.
Penelitian ini akan difokuskan dalam ruang lingkup sebagai berikut.
a)      Sumber data dalam penelitian ini adalah teks novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, diterbitkan  Basmala di Jakarta tahun  2010.
b)      Penelitian kemudian  difokuskan  pada  teks-teks  yang  mengandung nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat dalam Bumi Cinta dengan cara menghubungkan    antara  teks  Bumi Cinta  dengan  teks  Al-Quran  dan  Hadits Nabi atau yang disebut kajian intertekstual.

3.      Fenomena dan Fokus
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup penelitian, fokus penelitian ini adalah
a)      Nilai-nilai ajaran Islam apa sajakah yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy?
b)      Bagaimana hubungan intertektual antara novel Bumi Cinta Habiburrahman El-Shirazy sebagai teks transformasi dengan Al-Quran dan Hadits Nabi sebagai hipogramnya?
4.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan  fokus penelitian tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.
a)      Ingin mendeskipsikan nilai-nilai ajaran Islam apa sajakah yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
b)      Ingin mengetahui  hubungan intertektual antara novel Bumi Cinta Habiburrahman El-Shirazy sebagai teks transformasi dengan Al-Quran dan Hadits Nabi sebagai hipogramnya
5.      Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh setelah penenitian ini selesai adalah
a)      Secara teoritis, hasil peneltian ini akan menambah khasanah penelitian bidang sastra khususnya bidang intertekstualitas.
b)      Manfaat praktis, bagi pembaca diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat dalam novel Bumi Cinta. Penelitian  ini  juga  diharapkan  dapat  membantu  pembaca  dalam menemukan hubungan intertekstual antara karya sastra dan hipogramnya; Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra; bagi guru, hasil penelitian ini  dapat dipakai dalam pembelajaran sastra di kelas.

6.      Kerangka Teori/Konsep Penelitian
a)      Pendekatan Intertektualitas
Salah satu pendekatan kajian karya  sastra  adalah pendekatan intertekstual. Kajian ini dimaksudkan untuk meneliti karya sastra yang diduga memiliki bentuk-bentuk hubungan tertentu dengan  teks lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiantoro (2010:50).
Istilah interteks pada umumnya dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain. Menurut Julia Kristeva dalam Endaswara (2011:131) munculnya interteks sebenarnya dipengaruhi oleh hakekat teks yang di dalamnya terdapat teks lain. Hal ini senada dengan pendapat Nurgiyantoro ( 2010:50) bahwa setiap teks sebagian bertumpu pada konvensi sastra dan bahasa dan dipengaruhi oleh teks-teks  sebelumnya.  Karya sastra yang ditulis lebih kemudian biasanya mendasarkan diri pada karya lain yang  telah lahir sebelumnya. Riffaterra lewat Teeuw ( 1983) sebagaimana dikutip  Nurgiyantoro (2010:51) berpendapat bahwa karya sastra selalu merupakan tantangan, tantangan yang terkandung dalam perkembangan sastra sebelumnya, yang secara konktet mungkin berupa sebuah atau sejumlah karya.
Teks tertentu yang menjadi latar penciptaan teks baru itu disebut  hipogram  (Riffatere,  1978:23 melalui Pradopo, 2010:179).Sementara  itu,  teks  yang  menyerap (mentransformasi) hipogram itu disebut teks transformasi. Hubungan antara teks yang terdahulu dengan teks yang kemudian itu disebut hubungan intertekstual.Hipogram mungkin saja berbentuk penerusan konvensi, penyimpangan, atau pemutarbalikan.
Teeuw ( 1983) sebagaimana dikutip Nurgiyantoro (2010:50) menjelaskan tujuan kajian interteks adalah untuk memberi makna secara lebih penuh terhadap karya sastra. Interteks lahir berdasarkan asumsi bahwa (1) konsep interteks menuntut peneliti untuk memahami teks tak hanya sebagi isi, melainkan juga aspek perbedaan dan sejarahnya, (2) teks tidak hanya strukturnya saja, melainkan satu sama lain saling memburu, sehingga terjadi perulangan atau transportasi antar teks, (3) kehadiran struktur teks dalam rentang waktu yang lain namun hadir juga pada teks tertentu merupakan proses waktu yang menentukan, (4) bentuk kehadiran struktur teks merupakan rentangan dari yang eksplisit dan implisit, (5) hubungan teks satu dengan yang lain boleh dalam waktu yang lama, (6) pengaruh mediasi dalam interteks sering mempengaruhi juga pada penghilangan gaya dalam norma-norma satra, (7) dalam melakukan identifikasi interteks diperlukan interpretasi, (8) analisis interteks berbeda dengan kritik sastra (Frow (1990) dalam Endaswara (2011:131)).

b)      Pengertian Novel
Istilah novel berasal dari bahasa Latin,  novella yang berarti sebuah karangan baru yang kecil ( Nurgiyantoro, 2010:9). Sementara itu menurut istilah novel didefinisikan sebagai sebuah karangan prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, tidak terlalu pendek ( Nurgiyantoro, 2010:10). Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan novel dengan istilah roman. Sedangkan Roman didefinisikan sebagai karangan prosa yang melukiskan perbuatan-perbuatan pelakunya menurut watak isi jiwa masing-masing( Tim, 2008:1314).
Dengan demikian kesimpulannya adalah istilah roman dan novel digunakan dalam pengertian yang sama, yaitu karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekitarnya, yang melukiskan perbuatan-perbuatan pelakunya menurut watak isi jiwa masing-masing.

c)      Ciri-Ciri Novel
Hendy (1993: 225) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut.
a.       Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman.Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.
b.      Bahan  cerita diangkat dari keadaan  yang ada dalam masyarakat  dengan ramuan fiksi pengarang.
c. Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang batang tubuh cerita,  dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).
d. Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.
e. Karakter  tokoh-tokoh  utama  dalam  novel  berbeda-beda. Demikian  juga karakter tokoh  lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak tetap   sejak   awal   hingga   akhir.   Tokoh   dinamis   sebaliknya,  ia bisa mempunyai beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.

d)     Unsur Pembangun Novel
           Novel adalah bagian dari karya sastra. Karya satra erat hubungannya dengan psikologi. Sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian. Namun kejadian tersebut bukanlah “fakta sesungguhnya“, melainkan sebuah fakta mental pengarang. Karya sastra merupakan bagian dari suatu kebudayaan. Bila kita melukiskan kebudayaan, kita tidak dapat melihatnya sebagi suatu yang statis (tidak bertahan), tetapi merupakan sesuatu yang dinamis (selalu berubah-ubah).
           Kesustraan sebagai ekspresi menyatakan tiga unsur, yaitu (1) Kesustraan mencerminkan sistem keberatan, sistem sosial, sistem pendidikan dan kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan, (2) Kesustraan mencerminkan sisten ide dan sistem nilai, bahkan karya sastra itu sendiri mejadi objek penelitian yang dilakukan oleh anggota masyarakat, (3) Mutu peralatan kebudayaan yang ada dalam masyarakat tercermin pula pada bentuk peralatan tulis-menulis yang digunakan dalam mengembangkan sastra (Semi, 1988:55). Sastra adalah suatu karya individual yamg didasarkan pada kebebasan mencipta dan dikembangkan lewat imajinasi. Dikatakan pula sastra adalah kegiatan kreatif sebuah karya seni.
           Sebagai salah satu karya sastra, fiksi mengandung unsur-unsur meliputi: (1) pengarang dan narator, (2) isi penciptaan, (3) media pencapai isi berupa bahasa, (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana (Aminudin, 2010 :66). Adapun unsur-unsur yang membangun karya fiksi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) struktur luar (ekstrinsik) dan (2) struktur dalam (intrinsik). Hal ini senada yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2010:23) bahwa karya sastra mengandung unsure  intrinsic dan unsure  ekstrinsik selain unsur formal bahasa.
           Struktur luar (ekstrinsik) adalah segala macam unsur yang berada diluar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya satra tersebut, misalnya faktor sosial, faktor ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosial politik, faktor keagamaan dan tata nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam (intrinsik) adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan (perwatakan), tema, alur (plot), pusat pengisahan, latar dan gaya bahasa (Semi, 1988:35).
Sementara itu Nurgiantoro (2010:23-24) menyebutkan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun karya sastra. Unsur ini meliputi peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan dan gaya bahasa.  Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsure-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atausistem karya sastra. Unsur ini meliputi keadaan subjektif pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang. Unsur ekstrinsik lain adalah psikologi pengarang, psikologi pembaca, keadaan lingkungan pengarang misalnya keadaan ekonomi, politik, sosial budaya.
e)      Jenis Novel
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2010: 16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel popular.
a.     Novel  Populer
Sastra popular adalah perekam kehidupan dan tidak banyak memperbincangkan  kembali  kehidupan  dalam  serba  kemungkinan.  Sastra popular menyajikan kembali  rekaman-rekaman  kehidupan  dengan  tujuan pembaca  akan  mengenali  kembali  pengalamannya.  Oleh  karena  itu,  sastra populer yang  baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya (Kayam dalam Nurgiyantoro, 2010: 18).
Berbicara tentang sastra populer, Kayam dalam Nurgiyantoro (2010:18) menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam kehidupan dan tak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan . ia menyajikan  kembali  rekaan-rekaan  kehidupan  itu  dengan  harapan  pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena  seseorang  telah  menceritakan  pengalamannya  dan  bukan  penafsiran tentang  emosi   itu.   Oleh   karena  itu,   sastra   populer   yang  baik   banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.

b.    Novel Serius
Novel  serius  atau  yang  lebih  dikenal  dengan  sebutan  novel  sastra merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam sejarah sastra yang bermunculan cenderung mengacu pada novel serius. Novel serius harus sanggup memberikan segala  sesuatu yang serba mungkin, hal itu yang disebut   makna   sastra   yang   sastra.   Novel   serius   yang   bertujuan   untuk memberikan hiburan kepada pembaca, juga mempunyai  tujuan memberikan pengalaman  yang  berharga  dan  mengajak  pembaca  untuk  meresapi  lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan.
Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra  tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2010: 18) mengungkapkan bahwa dalam membaca novel serius, jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi disertai dengan kemauan untuk itu. Novel jenis ini, di samping memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih  sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.

f)       Novel Relegius/ Islami
Sastra keagamaan menarik untuk dijadikan objek penelitian karena terdapat kaitan    erat antara karya sastra dan agama. Bentuk sastra seperti itu merupakan hasil perpaduan  antara budaya dan nilai-nilai ajaran agama yang telah dihayati oleh pengarangnya. Dalam karya sastra seperti itu, tergambarkan adanya reaksi aktif pengarang dalam menghayati  makna  kehadiran keagamaan yang dipeluknya secara teguh (Santosa dkk, 2004: 1). Sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Jika dilacak jauh ke belakang, kehadiran unsur keagamaan dalam sastra setua keberadaan sastra itu sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Mangunwijaya bahwa pada awal mulanya, segala sastra adalah religius (Mangunwijaya, 1982: 11).
Sastra keagamaan adalah sastra yang mengandung nilai-nilai ajaran agama, moralitas,  dan unsur estetika.   Karya sastra seperti itu menunjukkan bahwa pengarang merasa  terpanggil untuk menghadirkan nilai-nilai keagamaan kedalam karya sastra. Karya sastra yang  menghadirkan pesan- pesan  keagamaan yang isi ceritanya diambil dari kitab-kitab suci  keagamaan jumlahnya   sangat mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan  manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut (Anshari, 1983: 9).

7.      Kerangka Pemikiran
Dalam  novel Bumi Cintaterdapat dua segi yang akan penulis analisis, yaitu nilai nilai ajaran Islam dan hubungan intertekstual antara novel Bumi Cinta Habiburrahman El-Shirazy sebagai teks tranformasi dengan Al-Quran dan Hadits Nabi sebagai hipogramnya.
Hasil analisi akan menghasilkan nilai-nilai ajaran Islam yang meliputi nilai yang berkaikan dengan rukum iman dan rukun Islam. Analisis nilai tersebut akan dikaitkan dengan hubungan intertekstual antara novel Bumi Cinta Habiburrahman El-Shirazy sebagai teks tranformasi dengan Al-Quran dan Hadits Nabi sebagai hipogramnya.






Sebagai gambaran berikut ini diagram kerangka berfikir dalam penelitian ini.
Bumi Cinta
Simpulan
Al Quran dan Hadits Nabi
Nilai Ajaran Islam
Rukun Iman
Rukun Islam
Nilai Lain
 













Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir

8.1 Metode/Pendekatan Penelitian
Penalitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebab dalam penelitian ini data berupa kata, kalimat yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah  pendekatan interteks. Pendekatan interteks menurut Endraswara (2011:133)  semula berasal dari  pengembangan resepsi sastra, terutama respsi teks. Pendekatan interteks berkembang bedasarkan asumsi bahwa teks tidak berdiri sendiri. Teks dibangun atas teks lain.
Dalam penelitian ini pendekatan interteks digunakan untuk menghubungkan teks Novel Bumi Cinta sebagai teks transformasi dengan teks Al-Quran dan Hadits Nabi sebagai hipogramnya.

8.2 Objek Penelitian
Sedangkan  objek yang diteliti adalah novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, diterbitkan  Basmala di Jakarta tahun  2010.


8.3 Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy terbitan Basmala Jakarta tahun  2010.

8.4 Tahap Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut.
1.  Pengumpulan data
Pada  tahap  ini  peneliti  mengumpulkan  data  berupa  kutipan-kutipan  yang menunjukkan penggambaran nilai-nilai ajaran Islam dalam Novel Bumi Cinta.

Adegan Teater Siswa Kelas XII 2011/2012

Bedah buku bersama Pipit Senja

INFORMASI LOMBA MENULIS BUKU

Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2012

Dalam rangka menggali, mengembangkan, dan mendayagunakan potensi menulis di kalangan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud menyelenggarakan Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan. Kegiatan sayembara ini diperuntukkan bagi para peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum. Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan tahun 2012 ini memperebutkan hadiah total lebih dari Rp 1.000.000.000,00 untuk 57 pemenang dari 19 jenis naskah buku pengayaan.

Informasi lebih lanjut tentang sayembara dapat menghubungi:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan website :
http://puskurbuk.net/ , telp.: 021-3804248 , e-mail: sayembara@puskurbuk.net This e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ,  facebook: sayembarapuskurbuk, Twitter: @sayembarapuskurbuk

Unduh Poster Sayembara Tahun 2012

Poster Sayembara 2012

Selasa, 20 Maret 2012

Pedoman Pembentukan Istilah


Sejak dikumandangkan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, penggunaan bahasa Indonesia makin  luas ke berbagai bidang kehidupan, bahkan berpeluang menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Peluang itu makin nyata setelah bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa Negara (UUD 1945, Pasal 36) yang menepatkan bahasa itu sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan bahasa pengantar pendidikan serta bahasa dalam pengembangan ilmu penge- tahuan dan teknologi. Untuk itulah, diprlukan pengembangan peristilahan bahasa Indonesia da- lam berbagai bidang ilmu, terutama untuk kepentingan pendidikan anak-anak bangsa.

Jika Bapak, Ibu Saudara membutuhkan file buku PEDOMAN PEMBENTUKAN ISLITAH klik di sini

COACHING DALAM PENDIDIKAN

A. Pendahuluan            Senin, 1 Februari 2021 merupakan hari bersejarah bagi pendidikan Indonesia. Pada hari itu Menteri Pendidikan dan K...