Lamongan, selain terkenal sebagai kota Soto, juga dikenal sebagai kota Budaya. Salah satu Budaya Kabupaten Lamongan berupa kesenian Kentrung. Kentrung di Lamongan berkembang di Desa Solokuro, Kecamatan Solokuro, Kab. Lamongan. Nama ketrung tersebur adalah Kentrung "Sunan Drajat". Kentrung ini didirikan oleh seorang tokoh bernama H. Ahmad Kusairi, S.PdI. Berikut ini biografi tokoh tersebut.
BIOGRAFI DALANG KENTRUNG SUNAN DRAJAT SOLOKURO, LAMONGAN
Dalang Kentrung Suna Drajat Solokuro bernama H. Ahmad Khusairi, S.Pd.I. Ia
tinggal di Desa Solokuro, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Di Desa
Solokuro, ia lebih terkenal dengan sebutan Kyai Kentrung. Ia lahir di Desa
Solokuro, Kecamatan Solokuro, Kab. Lamongan pada tanggal 12 Agustus 1961. Saat
ini ia tinggal bersama istrinya yang bernama H. Lutfiyah dan dua orang putranya
H. Ach. Mizdat dan Ach. Yazid.
Dalang
H. Ahmad Khusairi, S.Pd.I merupakan putra dari Bapak Kasmijan dengan ibu
Lasminah. Kakeknya bernama Mbah Hasbi adalah seorang tokoh budaya dari Desa
Drajat Kecamatan Paciran. Mbah Hasbi merupakan tokoh budaya di bidang seni pertunjukan macapatan.
Latar
belakang pendidikan H. Ahmad Khusairi, S.Pd.I adalah sarjana Pendidikan Agama
Islam dengan gelar S.Pd.I yang ditempuh
di STAI
Qomaruddin Bungah Gresik lulus tahun 2007. Sebelum menempuh pendidikan tersebut ia menyelesaikan
pendidikan di PGA (Pendidikan Guru Agama) 4 tahun lulus
tahun 1978. Sedangkan
pendidikan pedidikan dasar ditempuh pada MI Miftahul Ulum Solokuro lulus tahun 1974.
Selain sebagai dalang, H. Ahmad Khusairi, S.Pd.I juga berprofesi sebagai
guru, petani, pedagang, dan perangkat desa. Menjadi guru Madrasah Ibtidayah
Miftahul Ulum 1 di desanya telah digelutinya sejak tahun 1979,
ketika ia baru lulus dari PGA 4 tahun. Pada waktu itu tidak banyak orang di desanya mau
jadi guru. Hal tersebut yang membuat ia terpanggil untuk memajukan desanya, ia memutuskan mengajar untuk mengabdi walaupun
gaji yang diterimanya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi dalang
kentrung ini, guru adalah panggilan hidup. Selain guru, ia
adalah pendiri Yayasan Miftahul Ulum Dusun Bango, Desa Payaman, Kecamatan
Solokuro. Di sana ia menjabat sebagai ketua yayasan sejak tahun 1978 sampai
sekarang. Di yayasan Miftahul Ulum 1 Desa Solokuro ia juga menjabat sebagai
bendahara yayasan mulai tahun 1978 sampai sekarang. Tercatat pula, ia sebagai
salah satu pendidiri Yayasan Miftahul Huda dan guru MI Miftahul Huda Desa Kranji, Kecamatan Paciran tahun 1978.
Tani adalah pekerjaan lain yang ia lakukan. Bertani
sudah menjadi kebiasaan hidup orang Solokuro, demikian halnya dalang kentrung
ini. Ia
mengelolah lahan miliknya sambil mengerjakan pekerjaan lain.
Di bidang pemerintahan desa, ia adalah seorang perangkat Desa Solokuro yang bekerja
sebagai Kaur Keaungan. Bekerja sebagai perangkat desa dijalani sejak
tahun
1985.
Karena kebutuhan hidup sehari-hari membutuhkan banyak
biaya, maka dalang kentrung ini juga menekuni dunia perdagangan. Ia membuka toko
di Pasar Desa Solokuro. Pekerjaan ini dikerjakan bersama istrinya.
Bercerita dan memainkan alat rebana sudah ia sukai
sejak ia masih kecil. Pada saat sekolah di madrasah ia sering disuruh tampil
menjadi pencerita, atau bahkan berpidato di depan teman-temannya. Sedangkan bermain
terbang ia lakukan pada saat ia masuk grup sholawatan di sekolahnya. Jiwa
seninya timbul terutama saat ia masuk di PGA dan sering melihat dalang Kentrung
Desa Payaman dengan dalang bernama Mbah Marko.
Ketika
menjadi guru di Madrasah Ibtidaiyah kebiasaan bercerita itu dimanfaatkannya
untuk mengisi jam-jam kosong, sebab banyak guru yang tidak mengajar karena guru
tersebut nyambi bekerja di pertanian. Siswa yang mendapat cerita dari dalang ini sangat antusias. Tak kalah
strategi, dalang ini memotong ceritanya agar siswa lebih tertarik lagi.
Sejak tahun 1991, setelah secara resmi mendidirikan lembaga kesenian yang ia
beri nama Kentrung Sunan Drajat, ia mulai secara resmi menjadi dalang kentrung.
Ia mendalang atas permintaan panitia suatu acara. Berbagai daerah telah ia
kujungi dalam keperluan bermain kentrung, mulai dari Kabupaten Lamongan,
Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Jember, dan beberapa kota di
Pulau Madura.
Pihak-pihak yang mengundangnya antara lain pada
kegiatan hajatan pernikahan, sunatan, ulang tahun, tasyakuran kepergian atau
kepulangan haji, peringatan hari besar Islam, peringatan tahun baru Masehi dan
Hijriah, sedekah Bumi atau bersih desa, peringatan tujuh belas Agustusan, haul
sunan-sunan, haul keluarga, peringatan lahirnya suatu daerah atau desa. Mereka
yang mengundang selain perseorangan, instansi pemerintah, juga lembaga-lembaga swadaya masyarakat.
Selain kegiatan bermain kentrung atas permintaan
panitia suatu acara, ia pernah mengikuti festival kentrung Tingkat Provinsi
Jawa Timur yang diselenggarakan di Surabaya tahun 2003. Dalam kegiatan tersebut ia mewakili Pemerintah
Daerah Kabupaten Lamongan. Di acara tersebut, ia adalah salah satu grup kentrung yang
dinyatakan sebagai grup kentrung unik sebab grup ini dimainkan satu orang,
dimana dalang sekaligus menjadi pemain musik.
Tahun
2005 ia juga tampil mewakili Kabupaten
Lamongan dalam pagelaran seni se-Jawa Timur yang diselenggarakan di Tulung
Agung. Pada pagelaran ini ia tampil membawakan tema keluarga berencana
sebagaimana tema yang diusung oleh panitia.
Ditulis oleh Rasmian berdasarkan hasil wawancara dengan dalang H. Ahmad Khusairi
Ditulis oleh Rasmian berdasarkan hasil wawancara dengan dalang H. Ahmad Khusairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar