Foto Kegiatan

Sabtu, 07 April 2018

KENTRUNG SUNAN DRAJAT LAMONGAN


Lamongan, selain terkenal sebagai kota Soto, juga dikenal sebagai kota Budaya. Salah satu Budaya Kabupaten Lamongan berupa kesenian Kentrung. Kentrung di Lamongan berkembang di Desa Solokuro, Kecamatan Solokuro, Kab. Lamongan. Nama ketrung tersebur adalah Kentrung "Sunan Drajat". Kentrung ini didirikan oleh seorang tokoh bernama H. Ahmad Kusairi, S.PdI. Berikut ini biografi tokoh tersebut.
BIOGRAFI DALANG KENTRUNG SUNAN DRAJAT SOLOKURO, LAMONGAN
Dalang Kentrung Suna Drajat   Solokuro bernama H. Ahmad Khusairi, S.Pd.I. Ia tinggal di Desa Solokuro, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Di Desa Solokuro, ia lebih terkenal dengan sebutan Kyai Kentrung. Ia lahir di Desa Solokuro, Kecamatan Solokuro, Kab. Lamongan pada tanggal 12 Agustus 1961. Saat ini ia tinggal bersama istrinya yang bernama H. Lutfiyah dan dua orang putranya H. Ach. Mizdat dan Ach. Yazid.
Dalang H. Ahmad Khusairi, S.Pd.I merupakan putra dari Bapak Kasmijan dengan ibu Lasminah. Kakeknya bernama Mbah Hasbi adalah seorang tokoh budaya dari Desa Drajat Kecamatan Paciran. Mbah Hasbi merupakan tokoh  budaya di bidang seni pertunjukan macapatan.
Latar belakang pendidikan H. Ahmad Khusairi, S.Pd.I adalah sarjana Pendidikan Agama Islam  dengan gelar S.Pd.I yang ditempuh di STAI Qomaruddin Bungah Gresik lulus  tahun 2007. Sebelum menempuh pendidikan tersebut ia menyelesaikan pendidikan di PGA (Pendidikan Guru Agama) 4 tahun  lulus tahun 1978. Sedangkan pendidikan pedidikan dasar ditempuh pada MI Miftahul Ulum Solokuro lulus tahun 1974.
Selain sebagai dalang, H. Ahmad Khusairi, S.Pd.I juga berprofesi sebagai guru, petani, pedagang, dan perangkat desa. Menjadi guru Madrasah Ibtidayah Miftahul Ulum 1  di desanya telah digelutinya sejak tahun 1979, ketika ia baru lulus dari PGA 4 tahun. Pada waktu itu tidak banyak orang di desanya mau jadi guru. Hal tersebut yang membuat ia terpanggil untuk memajukan desanya,  ia memutuskan mengajar untuk mengabdi walaupun gaji yang diterimanya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi dalang kentrung ini, guru adalah panggilan hidup. Selain guru, ia adalah pendiri Yayasan Miftahul Ulum Dusun Bango, Desa Payaman, Kecamatan Solokuro. Di sana ia menjabat sebagai ketua yayasan sejak tahun 1978 sampai sekarang. Di yayasan Miftahul Ulum 1 Desa Solokuro ia juga menjabat sebagai bendahara yayasan mulai tahun 1978 sampai sekarang. Tercatat pula, ia sebagai salah satu pendidiri Yayasan Miftahul Huda dan guru MI Miftahul Huda  Desa Kranji, Kecamatan Paciran tahun 1978.
Tani adalah pekerjaan lain yang ia lakukan. Bertani sudah menjadi kebiasaan hidup orang Solokuro, demikian halnya dalang kentrung ini. Ia mengelolah lahan miliknya sambil mengerjakan pekerjaan lain.
Di bidang pemerintahan desa, ia adalah seorang perangkat Desa Solokuro yang bekerja sebagai Kaur Keaungan. Bekerja sebagai perangkat desa dijalani sejak tahun 1985.
Karena kebutuhan hidup sehari-hari membutuhkan banyak biaya, maka dalang kentrung ini juga menekuni dunia perdagangan. Ia membuka toko di Pasar Desa Solokuro. Pekerjaan ini dikerjakan bersama istrinya.
Bercerita dan memainkan alat rebana sudah ia sukai sejak ia masih kecil. Pada saat sekolah di madrasah ia sering disuruh tampil menjadi pencerita, atau bahkan berpidato di depan teman-temannya. Sedangkan bermain terbang ia lakukan pada saat ia masuk grup sholawatan di sekolahnya. Jiwa seninya timbul terutama saat ia masuk di PGA dan sering melihat dalang Kentrung Desa Payaman dengan dalang bernama Mbah Marko.
Ketika menjadi guru di Madrasah Ibtidaiyah kebiasaan bercerita itu dimanfaatkannya untuk mengisi jam-jam kosong, sebab banyak guru yang tidak mengajar karena guru tersebut nyambi bekerja di pertanian. Siswa yang mendapat cerita dari dalang ini sangat antusias. Tak kalah strategi, dalang ini memotong ceritanya agar siswa lebih tertarik lagi.
Sejak tahun 1991, setelah secara  resmi mendidirikan lembaga kesenian yang ia beri nama Kentrung Sunan Drajat, ia mulai secara resmi menjadi dalang kentrung. Ia mendalang atas permintaan panitia suatu acara. Berbagai daerah telah ia kujungi dalam keperluan bermain kentrung, mulai dari Kabupaten Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Jember, dan beberapa kota di Pulau Madura.
Pihak-pihak yang mengundangnya antara lain pada kegiatan hajatan pernikahan, sunatan, ulang tahun, tasyakuran kepergian atau kepulangan haji, peringatan hari besar Islam, peringatan tahun baru Masehi dan Hijriah, sedekah Bumi atau bersih desa, peringatan tujuh belas Agustusan, haul sunan-sunan, haul keluarga, peringatan lahirnya suatu daerah atau desa. Mereka yang mengundang selain perseorangan, instansi pemerintah,  juga lembaga-lembaga swadaya masyarakat. 
Selain kegiatan bermain kentrung atas permintaan panitia suatu acara, ia pernah mengikuti festival kentrung Tingkat Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan di Surabaya tahun 2003. Dalam kegiatan tersebut ia mewakili Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan. Di acara tersebut,  ia adalah salah satu grup kentrung yang dinyatakan sebagai grup kentrung unik sebab grup ini dimainkan satu orang, dimana dalang sekaligus menjadi pemain musik.
Tahun 2005 ia juga tampil  mewakili Kabupaten Lamongan dalam pagelaran seni se-Jawa Timur yang diselenggarakan di Tulung Agung. Pada pagelaran ini ia tampil membawakan tema keluarga berencana sebagaimana tema yang diusung oleh panitia.
Ditulis oleh Rasmian berdasarkan hasil wawancara dengan dalang H. Ahmad Khusairi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COACHING DALAM PENDIDIKAN

A. Pendahuluan            Senin, 1 Februari 2021 merupakan hari bersejarah bagi pendidikan Indonesia. Pada hari itu Menteri Pendidikan dan K...