Pemerolehan bahasa berasal dari bahasa Inggris:
language acquisition
merupakan proses manusia
mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata
untuk pemahaman dan komunikasi. Dalam hal
ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis,
fonetik,
dan kosakata
yang luas. Bahasa
yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan
atau manual seperti pada bahasa isyarat.
Pemerolehan bahasa mengacu pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji
pemerolehan anak terhadap bahasa ibu
mereka (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerolehan bahasa).
Berdasarkan pengertian di atas
pemrolehan bahasa mengacu pada pemerolehan bahasa pada anak yang baru lahir.Pemerolehan
bahasa juga mengacu pada bangaimana seseorang anak memperoleh bahasa pertama,
atau yang kerap disebut bahasa ibu, merupakan proses kreatif dimana
aturan-aturan bahasa dipelajari anak berdasarkan input yang diterimanya dari
bentuk tersederhana hingga bentuk yang paling kompleks.
Sedangkan pembelajaran
bahasa ( language learning) mengacu
pada istilah proses pemerolehan bahasa kedua (B2) (Chaer, 2009:242). Penggunaan istilah pembelajaran bahasa
diasumsiakan bahwa bahasa kedua dapat dikuasai hanya dengan proses belajar.
Artinya pemerolehan bahasa kedua dilakukan dengan cara sengaja dan usaha secara
sadar. Hal tersebut sejalan dengan pengertian belajar bahwa belajar merupakan perubahan dalam
perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman (Hamalik, 2010:45).
Dua tipe pembelajaran
bahasa menurut Ellis (1986) dalam (Chaer, 2009:243) pembelajaran bahas tipe
naturalistic dan tipe formal. Tipe naturalistis artinya pembelajaran bahas
dilakukan secara natural atau alamiah yaitu pembelajaran terjadi di lingkungan,
tanpa guru dan tanpa kesengajaan. Sedangkan pembelajaran tipe formal adalah
pembelajaran yang dilakukan di kelas, berlangsung secara sengaja, terdapat
guru, materi/ bahan ajar, alat bantu pembelajaran yang semuanya disiapkan atau
direncanakan.
Tipe pembelajaran
formal memerlukan metode pembelajaran agar pembelajaran dapat berhasil sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Makalah ini mengulas metode-metode pembelajaran
bahasa.
Metode
Pembelajaran Bahasa
1) Pengertian
Metode Pembelajaran Bahasa
Membicarakan
metode pembelajaran tidak lepas dari pembicaraan mengenai pendekatan dan
strategi pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Misalnya
saja pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan
strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori.
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif
(Sanjaya,
2008:127).
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu
(J.R. David dalam Sanjaya, 2008:126).
Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126).
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks
dengan makna yang selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi
bisa
diartikan sebagai suatu pola
umum tindakan guru-peserta
didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Rohani, 2004 : 32). Sementara itu, Joyce dan
Weil lebih senang memakai
istilah model-model mengajar
dari pada menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil dalam
Rohani, 2004:33).
Metode didefinisikan sebagai
keseluruhan rencana pengaturan penyajian bahan yang tertata rapi berdasarkan
pada pendekatan tertentu metode ini bersifat prosedural (Anthony, 1963: 63-7
dalam Richard, 1966: 15)
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang
mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan
diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya.
Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar
bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu
didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu
metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain,
pendekatan merupakan dasar penentu metode yang digunakan.
2) Jenis
Metotde Pembelajaran Bahasa
Metode mencakup
pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta kemungkinan pengadaan
remedi dan pengembangan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini, setelah guru
menetapkan tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai memilih bahan ajar yang
sesuai dengan bahan ajar tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar yang
telah dipilih itu, yang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat
kemampuan, kebutuhan serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan
ajar tersebut disusun menurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah
berlanjut pada yang lebih sukar. Di samping itu, guru merencanakan pula cara
mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar tersebut.
Metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya adalah a)
audiolingual, b) komunikatif, c) produktif, d) langsung, e) partisipatori, f)
membaca, g) tematik, h) kuantum, i) diskusi, dan kerja kelompok (Mastiah,
2011:6).
Secara singkat
metode-metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Metode Audiolingual
Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Metode itu muncul karena
terlalu
lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk kepentingan
tertentu,
perlu penguasaan bahasa
dengan
cepat. Dalam audiolingual
yang berdasarkan
pendekatan struktural itu,
bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah (a) penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan
guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca, (b) peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan, (d) dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas, dan (e) pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.
b)
Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap
tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat
dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis. Sepucuk surat adalah
sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan
keraguan, (c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
lebih banyak
informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.
c)
Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif diharapkan siswa dapat
menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Yang dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah pembaca.
d)
Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung
menggunakan
bahasa secara
intensif dalam komunikasi.
Tujuan
metode langsung adalah
penggunaan
bahasa secara
lisan agar
siswa dapat berkomunikasi
secara
alamiah
seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat. Siswa diberi latihan-latihan untuk
mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.
e)
Metode Partisipatori
Metode
pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh.
Siswa dianggap sebagai penentu
keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif,
siswa dapat menemukan
hasil belajar. Guru
hanya bersifat sebagai pemandu
atau fasilitator.
Dalam metode
partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan
berarti guru harus pasif, tetapi guru
juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan
dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan
motivasi, pandai berperan sebagai moderator dan kreatif.
Konteks siswa menjadi tumpuan
utama.
f)
Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang
diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-langkah metode membaca:
1)
Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan
dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat.
2)
Penyajian bacaan di kelas. Bacaan
dibaca dengan
diam selama
10-15
menit
(untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya).
3)
Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.
4)
Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu
oleh guru
5)
Pembicaraan kosakata yang relevan
6)
Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah,
skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.
g)
Metode Tematik
Dalam metode
tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema
yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu
dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara
kontekstualitas, kontemporer, konkret, dan konseptual.
Tema yang telah
ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang
terjadi saat ini. Begitu pula isi tema
disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang
di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Tema tidak
disajikan secara abstrak
tetapi diberikan secara
konkret. Semua siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya.
Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep
kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
h)
Metode Kuantum
Quantum Learning
(QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan
Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar dengan cara partisipatori peserta
didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar
mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa
proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat
berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan
asosiasi, serta sejauh
mana guru mengubah
lingkungan, presentasi, dan
rancangan pengajaran maka sejauh
itulah proses belajar
berlangsung. Hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas merupakan
landasan dan kerangka
untuk belajar. Dengan
begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta
pikiran dengan cepat.
i)
Metode Diskusi
Diskusi adalah
proses pembelajaran melalui
interaksi dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok saling bertukar ide
tentang suatu isu dengan tujuan
untuk memecahkan suatu masalah,menjawab suatu
pertanyaan, menambah pengetahuan
atau pemahaman, atau membuat suatu
keputusan. Apabila proses
diskusi melibatkan seluruh
anggota kelas, pembelajaran dapat
terjadi secara langsung
dan bersifat student
centered (berpusat pada siswa).
Dikatakan
pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui
diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan
pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada
siswa karena sebagian
besar input pembelajaran
berasal dari siswa, mereka
belajar secara aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan
hasil diskusi mereka.
j)
Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh
para pendidik. Metode ini dapat
dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat
kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh
pengetahunan sendiri melalui
bekerja secara bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang
ingin diperolah melalui kerja
kelompok adalah kemampuan
interaksi sosial, atau
kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya.
C.
Penerapan
Metode Pembelajaran Bahasa
Penerapan metode pembelajaran
bahasa pada makalah ini disarikan dari Madusari (2009:16-25). Sebagai contoh
penerapan dipilih pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Berikut
penjelasannya.
Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Menulis di SD
Hasil berbagai penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan menulis paling kecil bila dibandingkan dengan
kegiatan menyimak, berbicara, atau membaca. Urutan anak-anak yang
belajar berbahasa selalu
mulai menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam
literatur pengajaran bahasa pun urutan keempat keterampilan selalu ditulis
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Walaupun posisi menulis selalu di
belakang tidak berarti peranan menulis juga di belakang atau kecil. Berbagai
aktivitas orang terpelajar menunjukkan bahwa peranan menulis cukup penting
dalam kehidupan manusia modern.
Berdasarkan standar kompetensi mata
pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk materi pembelajaran menulis siswa
diharapkan mampu: menulis permulaan dengan
menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi. Menyalin huruf tegak
bersambung melalui kegiatan dikte.
Menyalin melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte. Mendeskripsikan benda di
sekitar dan menyalin puisi anak. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam bentuk paragraf dan
puisi dalam karangan sederhana dan puisi. Menulis dalam bentuk percakapan, petunjuk,
cerita, dan surat. Menulis pengalaman
secara tertulis dalam bentuk
karangan, surat undangan, dan dialog
tertulis bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas
informasi secara tertulis
dalam bentuk formulir, ringkasan, dialog, dan parafrase
naskah pidato dan surat resmi (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar
Isi, 319-330).
Metode pengajaran menulis yang
dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:
a.
Metode Produktif
b.
Metode Komunikatif
c.
Metode Integratif
d.
Metode Tematik
e.
Metode Kuantum
f.
Metode Partisipatori
g.
Metode Konstruktif.
Dari metode di atas ada beberapa
teknik pembelajaran menulis yang dapat diterapkan di SD, antara lain:
a) Menulis dari Gambar
Teknik pembelajaran menulis
dari gambar bertujuan agar siswa dapat menulis
dengan cepat berdasarkan gambar yang
dilihat. Misalnya, guru menunjukkan gambar kebakaran
yang melanda sebuah desa. Dari gambar
tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut
dan logis
berdasarkan
gambar. Alat yang dibutuhkan adalah gambar-gambar yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran, yang berukuran
sama dengan kalender besar. Teknik
ini dapat dijalankan secara persorangan maupun secara kelompok.
Cara menerapkan: (1) guru menyampaikan pengantar, (2) guru menempelkan beberapa gambar di depan kelas,
(3) setelah
siswa melihat gambar tersebut, siswa mulai mengidentifikasi gambar dan dari identifikasi itu siswa membuat
tulisan secara runtut dan logis, (4) guru bertanya
kepada siswa tentang alasan tulisan
yang dibuatnya, dan (5) guru merefleksikan
pembelajaran tersebut.
Upayakan gambar yang
disajikan sesuai dengan tema pembelajaran yang dipelajari pada minggu itu.
Guru dapat memilih gambar yang cocok dengan karakteristik kelas. Gambar yang
telah digunakan siswa dapat
ditarik kembali untuk
bahan pembelajaran berikutnya.
b) Menulis Objek
Langsung
Tujuan: Agar siswa dapat
menulis dengan
cepat berdasarkan objek yang dilihat. Guru menunjukkan objek kepada siswa di depan kelas,
misal boneka, vas bunga,
mobil-mobilan, dan lain-lain. Dari
objek tersebut siswa
dapat
membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarka
objek yang dilihatnya. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek
yang
bervariasi sesuai dengan tema
pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun secara
berkelompok.
Cara menerapkan: (1) guru menyampaikan pengantar, (2) guru memajang beberapa objek di depan kelas, (3)
setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi
objek, (4) siswa membuat tulisan secara runtut dan logis, (5) guru
bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya,
dan
(6) guru merefleksikan
pembelajaran tersebut.
c) Pembandingan
Objek Langsung
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat menulis perbandingan berdasarkan objek yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan
dua
benda (objek) yang sama tetapi berbeda bentuk, warna,
fungsi, dan lain-lain. Siswa menulis dengan cara membandingkan dua objek yang telah diidentifikaikannya. Dari objek tersebut siswa dapat
membuat tulisan
secara runtut dan
logis berdasarkan objek yang dilihat.
Alat yang dibutuhkan adalah benda-benda yang bervariasi sesuai denga tema
pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan baik perorangan maupun kelompok.
Cara menerapkan:
(1) Guru menyampaikan pengantar,
(2) guru memajang dua
benda (objek) yang sama namun lain warna, fungsi, bentuk, dan lain-lain di depan kelas,
(3) setelah siswa melihat objek
tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek, (4) siswa menulis perbandingan secara runtut dan logis, (5) guru
bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya.
(6) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.
d) Meneruskan Tulisan
Dari teknik pembelajaran
meneruskan tulisan, diperoleh
kemampuan siswa dalam melengkapi ide
atau gagasan secara baik dalam
sebuah tulisan melalui penambahan
beberapa
paragraf. Dalam proses melengkapi tersebut,
siswa berada dalam kondisi senang, ceria,
dan penuh dengan tantangan dalam komunitas belajar yang kompetitif.
Alat yang digunakan adalah lembaran fotokopi tulisan yang belum
selesai gagasannya, (tulisan tersebut semestinya 10 paragraf tetapi yang 3
paragraf terakhir dibuang) kemudian siswa menambahkan paragraf sesuai dengan
idenya. Foto kopi sesuai dengan jumlah siswa. Pelaksanaan teknik ini dapat
berupa perseorangan atau kelompok.
Biasakan sebelum memulai, siswa dikondisikan melalui kegiatan
persepsi lewat berbagai cara, misalnya nyanyian, puisi, permainan, dan gerakan.
Dalam pelaksanaan teknik ini (1) guru memberikan persepsi atau pengantar, (2)
bagi kelompok (kalau penerapannya dalam kelompok), (3) guru memberikan rambu-
rambu pelaksanaan, (4) guru memberikan lembar fotokopi kepada siswa, (5)
setelah diberi waktu dan aba-aba, siswa
mengerjakan tugas berupa meneruskan
tulisan yang belum
selesai dengan idenya sendiri,
(6) setelah waktu yang diberikan habis, siswa melaporkan hasilnya di
depan kelas, (7) guru bertanya kepada siswa alasan tulisan tersebut, dan (8)
guru merefleksikan hasil kegiatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar