Foto Kegiatan

Minggu, 20 Januari 2013

PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN BAHASA

Pemerolehan bahasa berasal dari bahasa Inggris: language acquisition merupakan proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Dalam hal  ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa mengacu pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerolehan bahasa).
Berdasarkan pengertian di atas pemrolehan bahasa mengacu pada pemerolehan bahasa pada anak yang baru lahir.Pemerolehan bahasa juga mengacu pada bangaimana seseorang anak memperoleh bahasa pertama, atau yang kerap disebut bahasa ibu, merupakan proses kreatif dimana aturan-aturan bahasa dipelajari anak berdasarkan input yang diterimanya dari bentuk tersederhana hingga bentuk yang paling kompleks.
Sedangkan pembelajaran bahasa ( language learning) mengacu pada istilah proses pemerolehan bahasa kedua (B2) (Chaer, 2009:242).  Penggunaan istilah pembelajaran bahasa diasumsiakan bahwa bahasa kedua dapat dikuasai hanya dengan proses belajar. Artinya pemerolehan bahasa kedua dilakukan dengan cara sengaja dan usaha secara sadar. Hal tersebut sejalan dengan pengertian belajar  bahwa belajar merupakan perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman (Hamalik, 2010:45).
Dua tipe pembelajaran bahasa menurut Ellis (1986) dalam (Chaer, 2009:243) pembelajaran bahas tipe naturalistic dan tipe formal. Tipe naturalistis artinya pembelajaran bahas dilakukan secara natural atau alamiah yaitu pembelajaran terjadi di lingkungan, tanpa guru dan tanpa kesengajaan. Sedangkan pembelajaran tipe formal adalah pembelajaran yang dilakukan di kelas, berlangsung secara sengaja, terdapat guru, materi/ bahan ajar, alat bantu pembelajaran yang semuanya disiapkan atau direncanakan.
Tipe pembelajaran formal memerlukan metode pembelajaran agar pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran. Makalah ini mengulas metode-metode pembelajaran bahasa.

Metode Pembelajaran Bahasa
1)      Pengertian Metode Pembelajaran Bahasa
Membicarakan metode pembelajaran tidak lepas dari pembicaraan mengenai pendekatan dan strategi pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses  pembelajaran.  Misalnya saja pendekatan  yang  berpusat  pada  guru  menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif  (Sanjaya,  2008:127).
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (J.R. David dalam  Sanjaya, 2008:126).
Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126).
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Rohani, 2004 : 32). Sementara itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah model-model mengajar dari pada menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil  dalam Rohani, 2004:33).
Metode didefinisikan sebagai keseluruhan rencana pengaturan penyajian bahan yang tertata rapi berdasarkan pada pendekatan tertentu metode ini bersifat prosedural (Anthony, 1963: 63-7 dalam Richard, 1966: 15)
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya. Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain, pendekatan merupakan dasar penentu metode yang digunakan.

2)      Jenis Metotde Pembelajaran Bahasa
Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta kemungkinan pengadaan remedi dan pengembangan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini, setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai memilih bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar yang telah dipilih itu, yang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut disusun menurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah berlanjut pada yang lebih sukar. Di samping itu, guru merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar tersebut.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya adalah a) audiolingual, b) komunikatif, c) produktif, d) langsung, e) partisipatori, f) membaca, g) tematik, h) kuantum, i) diskusi, dan kerja kelompok (Mastiah, 2011:6).
Secara singkat metode-metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a)      Metode Audiolingual

Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Metode itu muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu,  perlu  penguasaan  bahasa  dengan  cepat.  Dalam  audiolingual  yang  berdasarkan pendekatan struktural itu,  bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara  intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah (a) penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan  guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca, (b) peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat  dilatihkan dengan pengulangan, (d) dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas, dan (e) pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.

b)     Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret  yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah  informasi  yang   dapat  dipahami,   ditulis,  diutarakan,   atau  disajikan  ke  dalam nonlinguistis. Sepucuk surat adalah  sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk  yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan itu  dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan  pertanyaan  untuk  memperoleh  lebih  banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.

c)      Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Yang  dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah pembaca.

d)     Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar  yang langsung menggunakan  bahasa  secara  intensif  dalam  komunikasi.  Tujuan  metode  langsung adalah penggunaan  bahasa  secara  lisan  agar  siswa  dapat  berkomunikasi  secara  alamiah  seperti penggunaan bahasa Indonesia  di  masyarakat.  Siswa  diberi             latihan-latihan  untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.

e)      Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap  sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan  berpartisipasi  aktif,  siswa  dapat  menemukan  hasil  belajar.  Guru  hanya  bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti  guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,  pandai  berperan sebagai moderator dan  kreatif.  Konteks siswa  menjadi tumpuan utama.
f)       Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-langkah metode membaca:
1)        Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat.
2)        Penyajian  bacaan  di  kelas.  Bacaan  dibaca  dengan  diam  selama  10-15  menit  (untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya).
3)         Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.
4)        Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu oleh guru
5)        Pembicaraan kosakata yang relevan
6)        Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.

g)      Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang  sama  dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, konkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi  saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Tema  tidak  disajikan  secara  abstrak  tetapi  diberikan  secara  konkret.  Semua  siswa  dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke  analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.

h)     Metode Kuantum
Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan  asosiasi,  serta  sejauh  mana  guru  mengubah  lingkungan,  presentasi,  dan  rancangan pengajaran  maka  sejauh  itulah  proses  belajar   berlangsung.  Hubungan  dinamis  dalam lingkungan   kelas   merupakan   landasan   dan   kerangka   untuk   belajar.   Dengan   begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.

i)        Metode Diskusi
Diskusi  adalah  proses  pembelajaran  melalui  interaksi  dalam  kelompok.  Setiap  anggota kelompok  saling bertukar  ide  tentang suatu  isu dengan  tujuan  untuk  memecahkan  suatu masalah,menjawab   suatu   pertanyaan,   menambah   pengetahuan   atau   pemahaman,   atau membuat  suatu  keputusan.   Apabila  proses  diskusi  melibatkan  seluruh  anggota  kelas, pembelajaran  dapat  terjadi  secara  langsung  dan  bersifat  student  centered  (berpusat  pada siswa).
Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan  berpusat  kepada  siswa  karena  sebagian  besar  input  pembelajaran  berasal  dari siswa, mereka belajar secara aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi mereka.


j)       Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para  pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil  merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut  untuk  memperoleh  pengetahunan  sendiri  melalui  bekerja  secara  bersama-sama. Tugas guru hanyalah  memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang ingin diperolah melalui kerja  kelompok  adalah   kemampuan  interaksi  sosial,  atau  kemampuan  akademik  atau mungkin juga keduanya.

C.    Penerapan Metode Pembelajaran Bahasa
Penerapan metode pembelajaran bahasa pada makalah ini disarikan dari Madusari (2009:16-25). Sebagai contoh penerapan dipilih pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Berikut penjelasannya.
Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Menulis di SD
Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa kegiatan menulis paling kecil bila dibandingkan dengan kegiatan menyimak, berbicara, atau membaca. Urutan anak-anak   yang   belajar   berbahasa   selalu   mulai   menyimak,   berbicara, membaca, dan menulis. Dalam literatur pengajaran bahasa pun urutan keempat keterampilan selalu ditulis menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Walaupun posisi menulis selalu di belakang tidak berarti peranan menulis juga di belakang atau kecil. Berbagai aktivitas orang terpelajar menunjukkan bahwa peranan menulis cukup penting dalam kehidupan manusia modern.
Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk materi pembelajaran menulis siswa diharapkan mampu: menulis permulaan dengan  menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi. Menyalin huruf tegak bersambung  melalui kegiatan dikte. Menyalin melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte. Mendeskripsikan benda di sekitar dan menyalin puisi anak. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi  dalam bentuk paragraf dan puisi dalam karangan sederhana dan puisi. Menulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat. Menulis  pengalaman secara tertulis dalam  bentuk karangan,  surat undangan, dan dialog tertulis bentuk ringkasan, laporan,  dan puisi  bebas  informasi  secara  tertulis  dalam  bentuk  formulir, ringkasan, dialog, dan parafrase naskah pidato dan surat resmi (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).
Metode pengajaran menulis yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:
a.  Metode Produktif
b.  Metode Komunikatif
c.  Metode Integratif
d.  Metode Tematik
e.  Metode Kuantum
f.   Metode Partisipatori
g.  Metode Konstruktif.
Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran menulis yang dapat diterapkan di SD, antara lain:
a)  Menulis dari Gambar
Teknik pembelajaran menulis dari gambar bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan gambar kebakaran yang melanda sebuah desa. Dari gambar tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar. Alat yang dibutuhkan adalah gambar-gambar yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran, yang berukuran sama dengan kalender besar. Teknik ini dapat dijalankan secara persorangan maupun secara kelompok.
Cara menerapkan: (1) guru menyampaikan pengantar, (2) guru menempelkan beberapa gambar di depan kelas, (3) setelah siswa melihat gambar tersebut, siswa mulai mengidentifikasi gambar dan dari identifikasi itu siswa membuat tulisan secara runtut dan logis, (4) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya, dan (5) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.
Upayakan gambar yang disajikan sesuai dengan tema pembelajaran yang dipelajari pada minggu itu. Guru dapat memilih gambar yang cocok dengan karakteristik kelas. Gambar yang telah digunakan siswa dapat ditarik kembali untuk bahan pembelajaran berikutnya.

b) Menulis Objek Langsung
Tujuan:  Agar  siswa  dapat  menulis  dengan  cepat  berdasarkan  objek  yang dilihat. Guru menunjukkan objek kepada siswa di depan kelas, misal boneka, vas bunga, mobil-mobilan, dan lain-lain. Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarka objek yang dilihatnya. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun secara berkelompok.
Cara menerapkan: (1)  guru  menyampaikan  pengantar,  (2)  guru  memajang beberapa objek di depan kelas, (3) setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek, (4) siswa membuat tulisan secara runtut dan logis, (5) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya, dan (6) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.

c)  Pembandingan Objek Langsung
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat menulis perbandingan berdasarkan objek yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan dua benda (objek) yang sama tetapi berbeda bentuk, warna, fungsi, dan lain-lain. Siswa menulis dengan cara membandingkan dua objek yang telah diidentifikaikannya. Dari objek   tersebut   siswa   dapat   membuat   tulisan   secara   runtut   dan   logis berdasarkan objek yang dilihat.
Alat yang dibutuhkan adalah benda-benda yang bervariasi sesuai denga tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan baik perorangan maupun kelompok.
Cara menerapkan: (1) Guru menyampaikan pengantar, (2) guru memajang dua benda   (objek) yang sama namun lain warna, fungsi, bentuk, dan lain-lain di depan kelas, (3) setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek, (4) siswa menulis perbandingan secara runtut dan logis, (5) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya. (6) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.

d)  Meneruskan Tulisan
Dari teknik pembelajaran meneruskan tulisan, diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui penambahan  beberapa  paragraf. Dalam proses  melengkapi  tersebut,  siswa berada dalam kondisi senang, ceria, dan penuh dengan tantangan dalam komunitas belajar yang kompetitif.
Alat yang digunakan adalah lembaran fotokopi tulisan yang belum selesai gagasannya, (tulisan tersebut semestinya 10 paragraf tetapi yang 3 paragraf terakhir dibuang) kemudian siswa menambahkan paragraf sesuai dengan idenya. Foto kopi sesuai dengan jumlah siswa. Pelaksanaan teknik ini dapat berupa perseorangan atau kelompok.
Biasakan sebelum memulai, siswa dikondisikan melalui kegiatan persepsi lewat berbagai cara, misalnya nyanyian, puisi, permainan, dan gerakan. Dalam pelaksanaan teknik ini (1) guru memberikan persepsi atau pengantar, (2) bagi kelompok (kalau penerapannya dalam kelompok), (3) guru memberikan rambu- rambu pelaksanaan, (4) guru memberikan lembar fotokopi kepada siswa, (5) setelah   diberi waktu dan aba-aba,  siswa   mengerjakan tugas berupa meneruskan  tulisan  yang  belum  selesai dengan idenya sendiri,  (6) setelah waktu yang diberikan habis, siswa melaporkan hasilnya di depan kelas, (7) guru bertanya kepada siswa alasan tulisan tersebut, dan (8) guru merefleksikan hasil kegiatan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COACHING DALAM PENDIDIKAN

A. Pendahuluan            Senin, 1 Februari 2021 merupakan hari bersejarah bagi pendidikan Indonesia. Pada hari itu Menteri Pendidikan dan K...