Foto Kegiatan

Minggu, 22 Juli 2012

BAHASA WARIA


BAHASA GAUL  WARIA DI DESA MADURAN KECAMATAN MADURAN KAB. LAMONGAN: SUATU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK

OLEH : RASMIAN, 2012
A.    PENGANTAR
Salah satunya adalah   komunitas  yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini adalah komunitas waria.  Suatu  komunitas  dapat  memunculkan  variasi bahasa. Hal tersebut berlangsung untuk tujuan  memudahkan  komunikasi diantara anggota komunitas tersebut. 
Komunitas  waria tergolong unik. Banyak orang yang tidak mengerti dan paham tentang bahasa komunitas ini kecuali komunitas waria itu sendiri.
Kehidupan  sosial  pada  dasarnya  adalah  interaksi  manusia  dengan menggunakan  simbol. Pernyataan tersebut sesuai dengan kenyataan karena dalam setiap kita  berinteraksi  disadari maupun tidak, tersirat simbol yang mewakili diri seperti, cara berbicara, dialek yang digunakan, intonasi dalam menekankan  kata  yang  diucapkan  dan   gaya  berpakaian.  Semua  simbol tersebut merepresentasikan sesuatu              yang  dimaksud           oleh     seorang komunikator.
Simbol  atau  lambang  yang  digunakan  merupakan  hasil  kesepakatan bersama  untuk  menunjukkan  sesuatu  misalnya,  kata  duta  bagi  kaum waria berarti uang, dan kata “cumi-cumi”  berarti cium.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut kiranya penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Bahasa Gaul  Waria di Desa Maduran Kecamatan Maduran Kab. Lamongan: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik”
Masalah yang akan diungkapkan dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana pola pembentukan variasi kosa kata yang dipergunakan waria di Desa Maduran, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan?
2. Apakah       makna  kosa     kata     yang    dipergunakan  waria   di Desa Maduran, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa gaul waria di Desa Maduran, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan?
4. Apakah fungsi penggunaan bahasa gaul waria di Desa Maduran, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan?
B.     RAGAM BAHASA
1.      Pengertian Ragam Bahasa
Bahasa  dalam  lingkungan  sosial  masyarakat  satu  dengan  yang  lainnya berbeda.  Adanya  kelompok-kelompok  sosial  tersebut  menyebabkan  bahasa  yang dipergunakan beragam. Keragaman bahasa ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang  digunakan agar sesuai dengan situasi konteks sosialnya.  Oleh  karena  itu,  ragam  bahasa  timbul  bukan  karena  kaidah-kaidah kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam.
Dalam ragam bahasa setidaknya terdapat tiga hal, yaitu pola-pola bahasa yang sama,  pola-pola bahasa yang dapat dianalis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh makna  tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. ragam bahasa juga dapat dilihat dari  enam segi, yaitu tempat, waktu, pengguna, situasi,  dialek  yang  dihubungkan  dengan  sapaan,  status,  dan  penggunaan  ragam bahasa (Pateda dalam Chaer, 1987: 52).
Sementara itu Kridalaksana (2009:206) menjelaskan ragam bahasa sebagai variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara dan orang yang dibicarakan dan menurut medium pembicaraan.
2.      Jenis Ragam Bahasa
Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik.Faktor-faktor nonlinguistik yang mempengaruhi pemakaian bahasa, yaitu faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dsb.
Faktor-faktor situasional : siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa. Jadi, penyebab terjadinya variasi bahasa, yaitu faktor-faktor sosial dan faktor-faktor situasional.
Chaer  dan    Agustina (2004:62)     membedakan variasi bahasa, antara lain: a) segi penutur, b) segi pemakaian, c) keformalan, d) segi sarana.
Dalam makalah ini hanya dibahasa variasi bahasa dilihat dari segi penutur. Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individu dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat/wilayah atau area (idiolek dan dialek).
Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu(dialek areal, dialek regional, dialek geografi).
Kronolek atau dialek temporal merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu, misalnya variasi bahasa pada masa tahun tiga puluhan. Sosiolek/dialek sosial adalah  variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya:a) akrolek, b) kolokial, c) basilek,  d)jargon, e) vulgar,  f) argot, g) slang, h) ken.
Bahasa  Slang  oleh  Kridalaksana  (2009:225)  dirumuskan  sebagai  ragam bahasa yang  tidak resmi digunakan oleh kaum remaja, serta waria atau kelompok sosial tertentu untuk  komunikasi intern sebagai usaha orang di luar kelompoknya tidak mengerti, berupa kosa kata yang serba baru dan berubah-ubah.
Slang digunakan  sebagai  bahasa  pergaulan.  Kosakata  slang  dapat  berupa pemendekan kata, penggunaan kata diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah.  Disamping   itu   slang  juga  dapat  berupa  pembalikan  tata  bunyi, kosakata yang lazim digunakan di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya dipertegas lagi kedalam bentuk.
Pada mulanya pembentukan bahasa slang, prokem, cant, argot, jargon, dan colloquial di dunia ini adalah berawal dari sebuah komunitas atau kelompok sosial tertentu yang berada di kelas  atau golongan bawah (Alwasilah, 2006:29).

3.      Ragam Bahasa Gaul Waria
Bahasa gaul sendiri sebenarnya sudah ada sejak tahun 1980-an tetapi pada waktu itu  istilah bahasa prokem (okem). Lalu bahasa tersebut diadopsi kemudian dimodifikasi   sedemikian   unik   dan   digunakan   oleh   orang-orang   tertentu   atau kalangan-kalangan tertentu saja. Pada awalnya bahasa prokem digunaakan oleh para preman yang kehidupanya dekat dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras.  Banyak  istilah-istilah  baru  yang  mereka  ciptakan   dengan  tujuan  agar masyarakat awam atau orang luar komunitas mereka tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan atau yang telah mereka bicarakan. Mereka merancang kata-kata baru, mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Pergaulan di kalang waria  mengenal apa yang disebut dengan budaya teman sebaya (peer culture). Kelompok waria yang sebaya itu umumnya mempunyai nilai serta karakteristik budaya  yang bebeda atau bahkan bertentangan dengan budaya orang lain. Dalam upayanya memisahkan diri dari budaya lingkungan sekitar, mereka membuat budaya tandingan, budaya yang khas waria (Alatas, 2006:59). Budaya khas waria ini kemudian menciptakan sebuah bahasa yang biasa  digunakan oleh kaum waria untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa tersebut kemudian  disebut dengan bahasa gaul, sesuai dengan pengertian awalnya yakni bahasa yang digunakan untuk berteman dan bersahabat di tengah masyarakat (KBBI,2008:296). Di kalangan waria sendiri kata ‘gaul’ ini memiliki prestise atau penilaian yang tinggi.
Seseorang waria akan dikatakan gaul apabila ia memiliki sifat yang menarik, dan pergaulan yang luas. Jadi, seorang waria pasti akan merasa bangga apabila predikat ‘anak gaul’ dilekatkan padanya. Menurut Wikipedia Indonesia “Bahasa gaul merupakan bentuk ragam bahasa yang  digunakan  oleh  penutur  remaja,  waria  untuk  mengekspresikan  gagasan  dan emosinya.”  Perkembangan teknologi informasi turut mendistribusikan penggunaan bahasa  gaul  ke  lingkup   yang  lebih  luas.  Media  komunikasi,  khususnya  yang membahas mengenai waria, dalam mengkomunikasikan informasi juga menggunakan bahasa gaul yang sedang menjadi trend atau  populer di kalangan remaja sampai waria. Dewasa ini, bahasa gaul mengalami pergeseran fungsi  dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul.
Pengujar bahasa  gaul  umumnya  adalah  para  remaja,  kaum  selebritis  dan waria.
C.     BAHASA GAUL WARIA PEMILIK SALON CANTIK DI DESA MADURAN, KECAMATAN MADURAN, KABUPATEN LAMONGAN.
1.      Data Bahasa Gaul Waria
Pada bagian ini di deskripsikan bahasa gaul waria yang dibentuk  berdasarkan 1) kata umum yang diberi makna khusus, 2) kata yang ditambahi suku kata tertentu, atau dikurangi, 3) pembentuakan kata tidak berpola atau berpola mana suka, pembentukan kata dengan cara mengumah bunyi suku kata akhir.
a.       Pembentukan Bahasa Waria dari Kata Umum yang Diberi Makna Khusus
Yang dimaksud kata umum dalam bagian ini adalah kata-kata yang lazim dipakai dalam pergaulan masyarakat pada umumnya, baik itu dari kelompok bahasa baku maupun nonbaku. Kosa kata tersebut digunakan oleh masyarakat nonwaria dalam berbagai komunikasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan waria pemilik salon Catik Desa Maduran, Kec. Maduran, Kab. Lamongan diperoleh kosa kata berikut ini.
Tabel 1 Data Pembentukan Bahasa Waria dari Nama Kota yang Diberi Makna Khusus
NO
KOSA KATA BAHASA GAUL WARIA
MAKNA
1
tuban
tua
2
lumajang
lumayan
3
malaysia
malas
4
maluku
malu
5
makasar
makan

Berdasarkan table 1  diperoleh informasi bahwa bahasa gaul waria dapat dibentuk dari bahasa yang dipakai oleh masayakat pada umumnya akan tetapi bahasa tersebut diberi makna yang berbeda dari makna sebenarnya. Berdasarkan tebel di atas pembentukan bahasa waria diambil dari nama kota dan nama negara. Hal tersebut dapat dilihat dari kata Tuban, Lumajang, Maluku, Makasar dan Malaysia. Nama-nama kota dan Negara tersebut diberi makna khusus oleh waria. Disebut sebagai makna khusus sebab makna ini hanya diketahui oleh komunitas waria saja.
Hubungan antara  kata dan makna kata. Hubungan tersebut terlihat dari bentuk kata Tuban yang dimaknai ‘tua’. Makna tua berasal dari kata Tuban yang dihilangkan konsonan /b/ dan /n/ sehingga menjadi ‘tua’. Hubungan seperti ini juga terlihat dalam kata Maluku yang dimaknai ‘malu’, Malaysia yang dimaknai ‘malas’. Hubungan kata Lumajang dengan makna ‘lumayan’  terjadi karena kemiripan pengucapan kedua kata tersebut. Sebab konsonan /j/ pada kata Lumajang secara fonologi memiliki kedekatan dengan konsonan /y/ pada kata lumayan. Selain itu terdapat konsonan /n/ pada kata lumayang yang secara fonologis juga dekat dengan konsonan /ng/ pada kata Lumajang. Sedangkan hubungan makna kata Makasar dengan makna ‘makan’ jerjadi mirip dengan data kata Tuban dengan makna ‘tua’ tetapi deng penamban konsonan /n/.
Tabel 2 Data Pembentukan Bahasa Waria dari Kata Umum yang Diberi Makna Khusus
NO
KOSA KATA BAHASA GAUL WARIA
MAKNA
1
minimal
Minum
2
potret
Potong
3
pelita jaya
Pelit
4
cumi-cumi
Mencium
5
bendahara
BH
6
jula-juli
Berjualan
7
duka lara
Dukun
8
lambada
lambat sekali
9
candra kirana
cantik
10
elmatiana
Jelek
11
Sipilis
Silahkan
12
tangki minyak
terima kasih
13
motorola
motor/ sepeda motor
14
kencur
Mencuri
15
jreng
Enak
16
belalang
Beli
17
Sipilis
Berapa
18
Mawar
Malu
19
Ani-ani
Anak
20
Reksona
Rokok
21
Blorong
Nenek
22
Gembala
Gemuk
23
mana suka
Sedang santai
24
Prematur
Orang nakal
25
Duta
Uang
26
Sutra
Sudah
27
Mandala
Mandi
28
Gilingan
Gila
29
Ramayana
Ramai
30
Kelinci
Kecil

Kosa kata pada tebel 2 diperoleh dari bahasa Indonesia merupakan kosa kata nama benda, nama binatang, nama tumbuhan, nama penyakit, nama usaha, dan nama pekerjaan. Sebagai contoh kelinci, belalang dan cumi-cumi merupakan nama binatang, kencur merupakan nama tumbuhan, sipilis adalah nama penyakit, Ramayana merupakan nama toserba sebagai nama usaha, nama pekerjaan diwakili kata bendahara, Motorola merupakan nama merk telepon genggam.

b.      Pembentukan Bahasa Gaul Waria dari Kata Tertentu dengan Cara Menambahkan Suku Kata Tertentu.
Tabel 3 Data Pembentukan Bahasa Waria dari Kata Terentu dengan Cara Menambahkan Suku Kata Tertentu
Kosa Kata Waria
Makna
Apase
Apa
Simatria
Mata
Sepiring
Sepi
Sigan
Ganteng atau tampan
Siban
Banci. Waria
Siben
Bento/gila
Silem
Lemas/lunglai

Berdasarkan table 3, pembentukan bahasa gaul waria dapat dilakukan dengan cara menambah suku kata tertentu dari kata asal. Hal ini terlihat dari data kata apase yang diberi makna ‘apa’, simatria yang diberi makna ‘mata’, sepring yang dimaknai ‘sepi’. Apase berasal dari kata apa + se, simatria berasal dari kata mata + si+  tri., sepiring berasal dari kata sepi + ring.
Sedangkan pada kata sigan, siban, siben, silem, pola pembentukan kata tersebut berbeda denngan pola kata apase, simatria, dan sepiring. Pola pembentukan kata sigan, siban, siben, silem adalah dengan cara mengambil suku kata awal ditambah dengan  ‘ si’ yang ditempatkan di awal.
c.       Pembentukan Bahasa Gaul Waria yang Tidak Berpola atau Berpola Mana Suka
Tabel 4 Data Pembentukan Bahasa Gaul Waria yang Tidak Berpola atau Berpola Mana Suka
Kosa Kata Waria
Makna
Reong
Merayu
Dendong
Berdandan/bersolek
Sinangse
Tangis/ menangis
Silamse
Bibir
Sierwati
Bibir
Peres
Berbohong
Sigeng
Kekasih
Penyeyon
Penyanyi
Singurse
Pengamen
Sisal
Perias
Palola
Pelacur
Perayangan
Parah sekali
Seso
Mimic
Brondong
Lelaki
Pecuang
Perempuan
Siron wati
Janda
Pecongan
Pacaran
Rumbes
Rumah
Cucok
Cakep/ ganteng
Capcus
Cepat
Sigetwati
Besar
Ora sipa
Tidak laku
Sireswati
Bersih
Wekong
Rambut palsu
Ketrina
Ketiak
Sitangse
Tangan
Akikah
Aku/saya
Kemos
Kamu
Limang sepol
Lima puluh
Sislah
Dua puluh lima
Silak
Senggama
Siseh
Seribu
Gombreng
Homoseksual
Luntin
Alat kelamin laki-laki
Sibut
Suami
Tintus
Tidak mau
Tawara
Mengtahui/tahu
Berdasarkan tebel 4 di atas, bahasa gaul waria dibentuk dengan pola mana suka. Artinya tidak kata-kata tersebut tidak ditemukan dalam bahasa tertentu dan merupakan bahasa bentukan baru. Bentuk bentuk di atas diciptakan oleh komunitas dengan tujuan komunitas lain tidak memahmi komunikasi yang dilakukan oleh monunitasnya.
d.      Pembentukan Bahasa Gaul Waria denga Cara Mengubah Bunyi Akhir Kata
Tabel 5 Data Pembentukan Bahasa Gaul Waria denga Cara Mengubah Bunyi Akhir Kata
Kosa Kata Waria
Makna
Berapo
Berapa

Berdasarkan table 5, diperoleh informasi bahwa pembentukan bahasa gaul waria dapat dilakukan dengan cara mengambil kata dalam bahasa Indonesia dan mengubah bunyi akhir kata yang diambil  dengan bunyi tertentu.

e.       Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa gaul waria di Desa Maduran, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan.
Bahasa  adalah   suatu   sistem   lambang   berupa   bunyi,   bersifat   arbitrer, digunakan  oleh  suatu  masyarakat  tutur  untuk  bekerjasama,  berkomunikasi,  dan mengindentifikasi diri  (Chaer, 2004:1). Hal ini memberi gambaran bahwa bahasa adalah berupa bunyi yang digunakan  oleh rnasyarakat untuk berkornunikasi.
Bahasa didefinisikan sebagai sebuah bentuk komunikasi. Pandangan ini ingin memperlihatkan bagaimana  bahasa bekerja dalam sistem masyarakat.  Dalam sistem kemasyarakatan orang berbahasa itu untuk tujuan apa, apa maksudnya, apa sasarannya. Demikian halnya dengan komunitas waria. Ia menggunakan bahasa tersebut untuk kepentingan komunikasi dengan kelompoknya.
          Berdasarkan table 1, 2, 3, 4, 5 di atas diperoleh informasi bahwa bahasa waria tersebut merupakan bahasa yang dekat dengan kegiatan aktivitas seksualitas.  Hal tersebut sangat wajar sebab waria memiliki kebiasaan  selalu bertingkah polah dihadapan lelaki  dengan memamerkan aurat dan keindahannya.
Dengan demikian factor yang mempengaruhi penggunaan bahasa tersebut adalah sebagai alat  mengungkapkan identifikasi komunitas waria, karenanya memberikan identitas dan rasa solidaritas pada kelompok waria.

f.       Apakah fungsi penggunaan bahasa gaul waria di Desa Maduran, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan
          Menurut Haliday(1970,1973) dalam Leech fungsi  bahasa sebagai berikut. Fungsi pertama  bahasa idesional: bahasa  berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan dan menginterpretasi pengalaman dunia. Fungsi ini dibagi menjadi fungsi eksperensial dan logical. Fungsi kedua adalah Fungsi interpersonal: bahasa befungsi sebagai pengungkapan sikap penutur dan sebagai pengaruh pada sikap dan perilaku peturur. Sedangkan fungsi ketiga adalah fungsi tekstual bahasa: bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengontruksi atau menyusun  sebuah teks.
          Sebagaimana dikemukanan di bagian atas bahasa waria dipengaruhi oleh faktor identifikasi komunitas waria. Oleh karenanya fungsi  bahasa gaul waria untuk membentuk identitas dan rasa solidaritas pada kelompok waria. Selain itu bahasa gaul tersebut sebagai alat pengungkapan aktivitas seksualitas waria.

2.      Analisis Data
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan bahwa terdapat empat pola pembentukan kosa kata bahasa gaul waria yaitu:
a.       Pembentukan Bahasa Waria dari Kata Umum yang Diberi Makna Khusus
b.      Pembentukan Bahasa Gaul Waria dari Kata Tertentu dengan Cara Menambahkan Suku Kata Tertentu
c.       Pembentukan Bahasa Gaul Waria yang Tidak Berpola atau Berpola Mana
d.      Suka Pembentukan Bahasa Gaul Waria dengan Cara Mengubah Bunyi Akhir Kata
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, bahasa yang digunakan oleh kaum waria adalah a).bahasa umum yang biasa dipergunakan oleh masyarakat, namun kaum waria lebih mengembangkan bahasa umum tersebut seperti merubah makna dari kata-kata yang telah ada dan menjadi pelesetan-pelesetan, b) bahasa umum yang biasa dipergunakan oleh masyarakat, namun kaum waria lebih mengembangkan bahasa umum tersebut dengan cara menambahi suku kata tertentu, atau mengubah bunyi akhirnya c) bahasa yang diciptakan secara khusus tanpa mengadopsi bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat.
Ditinjau dari sudut pandang semantik, bahasa gaul waraia memiki  makna yang berbeda dengan makna dari kata yang sesungguhnya.
Factor yang mempengaruhi penggunaan bahasa tersebut adalah sebagai alat  mengungkapkan identifikasi komunitas waria, karenanya memberikan identitas dan rasa solidaritas pada kelompok waria. Sedangkan fungsi bahasa gaul waria adalah untuk membentuk identitas dan rasa solidaritas pada kelompok waria. Selain itu bahasa gaul tersebut sebagai alat pengungkapan aktivitas seksualitas waria.
D.    SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan bahwa terdapat empat pola pembentukan kosa kata bahasa gaul waria yaitu:
a.       Pembentukan Bahasa Waria dari Kata Umum yang Diberi Makna Khusus
b.      Pembentukan Bahasa Gaul Waria dari Kata Tertentu dengan Cara Menambahkan Suku Kata Tertentu
c.       Pembentukan Bahasa Gaul Waria yang Tidak Berpola atau Berpola Mana
d.      Suka Pembentukan Bahasa Gaul Waria dengan Cara Mengubah Bunyi Akhir Kata
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, bahasa yang digunakan oleh kaum waria adalah a).bahasa umum yang biasa dipergunakan oleh masyarakat, namun kaum waria lebih mengembangkan bahasa umum tersebut seperti merubah makna dari kata-kata yang telah ada dan menjadi pelesetan-pelesetan, b) bahasa umum yang biasa dipergunakan oleh masyarakat, namun kaum waria lebih mengembangkan bahasa umum tersebut dengan cara menambahi suku kata tertentu, atau mengubah bunyi akhirnya c) bahasa yang diciptakan secara khusus tanpa mengadopsi bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat.
Bahasa gaul yang digunakan dalam komunitas waria memiliki makna yang berbeda dengan makna dari kata yang sesungguhnya. untuk membentuk identitas dan rasa solidaritas pada kelompok waria.
Faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa tersebut adalah sebagai alat  mengungkapkan identifikasi komunitas waria, karenanya memberikan identitas dan rasa solidaritas pada kelompok waria. Sedangkan fungsi bahasa gaul waria adalah untuk membentuk identitas dan rasa solidaritas pada kelompok waria. Selain itu bahasa gaul tersebut sebagai alat pengungkapan aktivitas seksualitas waria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COACHING DALAM PENDIDIKAN

A. Pendahuluan            Senin, 1 Februari 2021 merupakan hari bersejarah bagi pendidikan Indonesia. Pada hari itu Menteri Pendidikan dan K...