KETERBACAAN BUKU AKTIF DAN KRETIF BERBAHASA INDONESIA 1
UNTUK KELAS X SMA/MA KARYA ADI SOMAD, DKK
oleh: Rasmian
Mahasiswa S2
Pendidikan Bahasa dan Sastra Unesa, email: riasmian71@gmail.com,
web: rasmianmenulis.com
A. Pengantar
Mate pelajaran bahasa Indonesia
merupakan mata pelajaran penting dalam dunia pendidikan. Mata pelajaran bahasa
Indonesia diajarkan mulai dari Tk sampai perguruan tinggi. Di tingkat
pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi salah
satu syarat kelulusan siswa dari jenjang pendidikan tersebut. Selain itu mata
pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang berfungsi menjembatani
mata pelajaran lain. Hal ini disebabkan bahasa Indonesia berfungsi sebagai
pengantar dalam menyampaikan mata pelajaran lain.
Ditinjau dari sudut pandang sarana
prasarana, terutama dilihat dari sudut pandang buku teks, bahasa Indonesia merupakan
salah satu media interaksi antara guru dengan peserta didik. Sebagai media
bahasa Indonesia memiliki fungsi mengantarkan
pesan dalam proses interaksi. Jika suatu pesan disampaikan dengan media yang kurang tepat maka pesan tersebut tidak
akan sampai pada komunikan atau penerima pesan. Dengan demikian peran mata
bahasa Indonesia dalam pendidikan sangatlah penting dan strategis.
Pada tahun 2005 melalui menteri
pendidikan, pemerintah menggas penyediaan buku teks mata pelajaran yang wajib
digunakan oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Salah satu kebijakan pemerintah
tersebut adalah menyediakan buku murah dalam bentuk elektronik yang sering
disebut dengan Buku Sekolah Elektronik (BSE). Buku-buku tersebut diseduiakan
pemerintah secara gratis.
Buku-buku BSE tersebut menurut
peraturan pemerintah harus memenuhi strandar buku ditinjau dari keterbacaannya,
desain grafisnya, kebahasaannya, dan
isinya.
Keterbacaan atau readable
berarti ‘dapat dibaca’. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005:62) mengartikan keterbacaan
sebagai ‘perihal dapat
dibacanya teks secara cepat, mudah dipahami dan diingat’.
Sedangkan Dale dan Chale dalam Kusmana
(2008:124) menjelaskan keterbacaan adalah seluruh unsur yang ada dalam teks
yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang
dibacanya pada kecepatan membaca optimal.
Menurut Fry dalam Kisyani (2006:4.20)
menggolongkan peringkat baca seseorang menjadi peringkat baca 1, 2, 3 sampai
17. Seseorang yang memiliki peringkat baca tinggi secara ideal mampu memahami
setiap teks/buku yang dibacanya. Namun apabila buku tersebut memiliki tingkat
keterbacaan yang tidak sesuai untuk dirinya, ia belum tentu dapat memahami
dengan mudah.
Buku BSE merupak buku yang telah
dinyatakan layak dipakai dalam pendidikan sesuai dengan kelas dan jenjang
pendidikannya. Buku ini dinilai oleh tim Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan
Nasional yang sekarang berganti nama menjadi Kemntrian Pendikan dan Kebudayaan.
Buku tersebut dinilai keterbacaannya berdasarkan kretria kebehasaan yang
aspeknya meliputi penggunaan wacana , penggunaan
paragraf, penggunaan kalimat-kalimat sederhana, dan lain-lain.
Buku yang dianalisis dalam makalah ini
berjudul Buku Aktif Dan Kretif Berbahasa Indonesia 1 Untuk Kelas X SMA/MA karya Adi Somad, dkk yang diterbitkan
oleh Pusat Perbukuan, Kemendiknas tahun 2005 secara online.
Masalahnya adalah apakah buku tersebut
cocok bagi pembacanya? Makalah singkat
ini akan mencoba menganalis keterbacaan buku tersebut dengan menggunakan teknik
yang dikemukan oleh Edward Fry yang terkenal dengan istilah fomula keterbacaan
Fry atau Grafik Fry dan penerapan wacana pada siswa dalam benruk tes pemahaman
wacana.
B. Keterbacaan dengan Teknik Tes.
Tes
dapat didigunakan sebagai alat untuk memprediksi keterbacaan suatu buku atau
wacana. Menurut Kusmana (2008:126) formula SMOG (Simplified Measure of Globbedygook) Test dapat digunakan untuk mengukur keterbacaan
bahan ajar sebelum bahan ajar tersebut digunakan pada pembelajaran. Formula ini
sangat mudah dan sederhana. Formula ini dapat digunakan yang paling sedikit
terdiri atas 10 kalimat.
Menurut
Tampubolon (1990:11) kemampuan memahami isi bacaan siswa SMA minimal 60%.
Artinya siswa dapat menjawab pertanyaan dengan jawaban benar minimal 60% dari jumlah pertanyaan. Misalnya saja dari
satu lembar bacaan diujikan 10 pertanyaan, maka siswa SMAdiharapkan dapat
menjawab minimal 6 pertanyaan.
Pengukuran
keterbacaan dengan formula SMOG dianggap pengukuran yang paling sesuai sebab
pengukuran ini dilakukan secara langsung kepada siswa.
C. Mengenal Katerbacaan dan Teknik Analisis Keterbacaan Fry.

Dalam
grafik di atas terdapat angka seperti angka 108, 112 sampai 182 yang terdapat
di bagian atas dan bagian bawah grafik. Angka-angka tersebut menjunjukkan data
jumlah suku kata per seratus kata. Seratus kata merupakan jumlah sampel
pengkuran keterbacaan teks/wacana ( Kisyani, 2006:4.12).
Sedangkan
di samping kiri grafik terdapat angka-angka 2,0; 2,5 sampai dengan 25,0.
Angka-angka tersebut menujukkan rata-rata jumlah kalimat perseratus kata.
Sedangkan angka-angaka yang berada di tengah grafik merupakan angka yang
menunjukkan perkiraan peringkat wacana yang diukur. Terdapat 17 peringkat yang
menunjukkan perkiraan peringkat keterbacaan sebuah wacana (Kisyani, 2006:4.13).
Daerah 1 menunjukkan teks/wacana cocok
untuk pembaca siswa kelas 1 SD/ MI, daerah 2
menunjukkan teks/wacana cocok untuk pembaca siswa kelas 2 SD/ MI, daerah
3 menunjukkan teks/wacana cocok untuk pembaca siswa kelas 3 SD/ MI, daerah 4
menunjukkan teks/wacana cocok untuk pembaca siswa kelas 4 SD/ MI, daerah 5
menunjukkan teks/wacana cocok untuk pembaca siswa kelas 5 SD/ MI, daerah 6 menunjukkan teks/wacana cocok untuk pembaca
siswa kelas 6 SD/ MI. Sedangkan daerah 7 menunjukkan teks/wacana cocok untuk
pembaca siswa kelas 7 SMP/MTs, daerah 8
menunjukkan teks/wacana cocok untuk pembaca siswa kelas 8 SMP/MTs, daerah 9
menunjukkan teks/wacana cocok untuk pembaca siswa kelas 9 SMP/MTs. Daerah 10 menunjukkan teks/wacana cocok untuk
pembaca siswa kelas 10 SMA/MA/SMK, daerah 11 menunjukkan teks/wacana cocok
untuk pembaca siswa kelas 11 SMA/MA/SMK, daerah 12 menunjukkan teks/wacana
cocok untuk pembaca siswa kelas 12 SMA/MA/SMK. Sedangkan daerah 13 s.d 17+
menunjukkan teks/wacana cocok untuk pembaca
mahasiswa perguruan tinggi atau seorang profesional (Kisyani, dkk,
2006:4.13).
Langkah-langkah
untuk mengukur keterbacaan melalui Grafik Fry sebagai berikut.
- Pilihlah penggalan wacana yang baik dari wacana yang standar yang hendak diukur sebanyak 100 kata.
- Hitunglah jumlah kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut. Dalam penghitungan kalimat ini sisa kata yang termasuk dalam 100 kata dinyatakan dengan bilangan decimal.
- Hitunglah jumlah suku kata dalam wacana sampel tersebut.
- Kalikan jumlah suku kata tersebut dengan bilangan 0,6 (bilangan konversi grafik Fry yang ditawarkan oleh harjasujana dan Mulyati.
- Masukkan angka jumlah kalimat dan jumlah suku kata pada langkah 4 dalam Grafik Fry sehingga membentuk titik koordinat. Lihatlah hasil tersebut, dan analisis tingkat keterbacaannya (Kisyani, 2006:4.14-4.20)
D. Keterbacaan Buku Teks BSE dengan Formula Tes
Sebelum disajikan hasil pengukuran
keterbacaan dengan teknik tes yang diterapkan pada buku berjudul Aktif Dan Kretif Berbahasa Indonesia 1 Untuk
Kelas X SMA/MA karya Adi Abdul Somad,
dkk yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan, Kemendiknas tahun 2008 secara online,
perlu dikemukakan profil responden yang dipakai dalam makalah ini.
Penulis
menggunakan responden dalam penelitian ini sejumlah 32 siswa yang duduk di
kelas X semester pertama pada SMA Wachid Hasjim Maduran, Lamongan tahun
pelajaran 2012/2013. Penelitian dilakukan di sela-sela kegiatan Masa Orientasi
Siswa Baru tanggal 10 Juli 2012.
Responden
dalam penelitian ini memiliki ciri ciri
sebagai berikut.
a.
Memiliki
kemampuan hampir sama sebab kelas
dikelompokkan berdasarkan nilai
hasil tes masuk Peneriman Murid Baru. Siswa yang memiliki rangking 1sampai 32 diletakkan
di gugus A, rangking 33 sampai 62 di gugus B dan seterusnya.
b.
Kondisi
sosial responden juga hampir sama, 27 siswa berasal dari kelurga petani yang
memiliki kebiasaan hidup hampir sama, 5 siswa berasal dari keluarga PNS yang
tinggal di pedesaan.
c.
Jumlah
siswa yang dipakai dalam penelitian ini 32 siswa dengan rincian 17 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
Adapun wacana yang
diambil sebagai sampel dalam penelitian ini berjudul Pelajaran I, Tema
Kreativitas, Subbab A, menceritakan Pengalaman pada halaman 3-4. Adapun naskah
terlampir. Jumlah kata dalam naskah 779.
Berdasarkan
naskah tersebut penulis membuat daftar pertanyaan sebagai berikut.
1.
Mengapa
menceritakan pengalaman harus diceritakan secara ekspresif?
2.
Mengapa
buku harian dapat disebut sebagai biografi sederhana?
3.
Apa
yang harus diperhatikan dalam menceritakan pengalaman sehingga pendengar
tertarik mendengarkan?
4.
Menurut
wacana di atas, kegiatan-kegiatan apa sajakah yang dapat diceritakan sebagai
bentuk pengalaman?
5.
Sebutlan
empat ekspresi wajah berdasarkan wacana di atas!
6.
Apa
yang menyebabkan orang bosan mendengarkan cerita dari orang lain?
7.
Sebutkan
pengalaman yang dialami oleh Priska
Anggreani!
8.
Apa
nama yayasan yang mendidik anak jalanan menurut wacana di atas?
9.
Keterampilan
apa sajakah yang diajarkan kepada anak jalanan menurut wacana di atas?
10.
Berapa
jumlah anak jalanan yang ditangani Priska bersama yayasannya?
Langkah-langkah
kegiatan adalah
1.
Peneliti
menjelaskan tujuan penelitian.
2.
Peneliti
menyebarkan naskah.
3.
Responden
diberi waktu membaca selama 3,1 menit.
4.
Responden
menerima pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut dengan jalan menuliskan
jawaban di lembar jawaban.
5.
Peneliti
mengoreksi dan menganalisis hasil jawaban responden.
Setelah
dilakukan analisis diperoleh hasil sebagai mana table berikit.
Tabel 1 Prosentase
Siswa Kelas X SMA Wachid Hasjim Maduran yang Dapat Menjawab Soal dalam
Penelitian Ini
No
Soal
|
Jumlah Siswa Dapat menjawab benar
|
Prosentase
|
1
|
31
|
96,8
|
2
|
25
|
78,1
|
3
|
26
|
81,3
|
4
|
21
|
65,6
|
5
|
26
|
81,3
|
6
|
25
|
78,1
|
7
|
20
|
62,5
|
8
|
23
|
71,8
|
9
|
21
|
65,6
|
10
|
22
|
68,8
|
Rata-rata
|
74,9
|
Berdasarkan table 1
di atas diperoleh informasi bahwa soal nomor 1 dijawab dengan benar oleh 31
satu dari 32 responden, sehingga prosentase siswa yang menjawab benar 96,8
persen. Soal nomor 2 dapat dijawab dengan benar oleh 25 siswa atau prosentase
siswa yang menjawab benar sebesar 78,1 persen. Soal nomor 3 dapat dijawab
dengan benar oleh 26 siswa sehingga prosentase siswa yang menjawab benar adalah
81,3 persen. Soal nomor 4 dijawab dengan benar oleh 21 siswa dengan sehingga
prosentase siswa yang menjawab benar 65,6 persen. Soal nomor 5 dijawab dengan
benar oleh 26 siswa, dan prosentase siswa yang menjawab benar adalah 81,3
persen. Siswa yang dapat menjawab dengan benar soal nomor 6 adalah 26 sehingga
prosentasenya 78,1. Pada soal nomor 7 siswa yang menjawab benar 20 orang dengan
prosentase siswa yang menjawab benar 62,5 persen. Soal nomor 8 dapat dijawab
oleh 23 siswa, sehingga prosentase siswa yang menjawab benar sebesar 71,8
persen. Pada soal nomor 9 dan10 siswa yang menjawab denganbenar masing-masing
21 dan 22 orang dengan prosentase siswa menjawab benar sebesar 65,6 persen dan
68,8 persen.
Rata-rata siswa yang
menjawab benar berdasarkan data di atas 74,9 persen. Menurut pandangan
Tampubolon bahwa siswa dianggap sebagai memiliki kemampuan membaca jika siswa
dapat menjawab pertanyaan dari wacana yang dibaca sebesar minimal 60 persen.
Berdasarkan pandangan tersebut wacana yang di analisis dalam makalah ini dapat
difahami terbaca oleh responden. Artinya wacana tersebut merupakan wacana
sesuai dengan atau cocok dibaca oleh siswa kelas X.
E. Keterbacaan Buku Teks BSE dengan Formula Fry
- Penghitungan Kalimat dan Kata
Dalam
|
pelajaran
|
Ini
|
Anda
|
Akan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Berlatih
|
meceritakan
|
pengalaman.
|
Pengalaman
|
tersebut
|
||||
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||||
dapat
|
Anda
|
sampaikan
|
secara
|
ekspresif
|
agar
|
11
|
12
|
13
|
15
|
16
|
17
|
Orang
|
yang
|
mendengarkan
|
pengalaman
|
anda
|
dapat
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
memahaminya.
|
Dengan
|
demikian
|
diharapkan
|
kemampuan
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
anda
|
dalam
|
menyampaikan
|
informasi
|
akan
|
bertambah.
|
29
|
30
|
31
|
32
|
33
|
34
|
Apakah
|
anda
|
senang
|
menulis
|
pengalaman
|
dalam
|
35
|
36
|
37
|
38
|
39
|
40
|
buku
|
harian?
|
Buku
|
harian
|
dapat
|
menjadi
|
biografi
|
41
|
42
|
43
|
44
|
45
|
46
|
47
|
sederhana
|
yang
|
memuat
|
Segala
|
aktivitas
|
dan
|
pengalaman
|
48
|
49
|
50
|
51
|
52
|
53
|
54
|
Yang
|
telah
|
anda
|
alami.
|
Ada
|
beragam
|
pengalaman
|
55
|
56
|
57
|
58
|
59
|
60
|
61
|
Yang
|
telah
|
anda
|
alami
|
dalam
|
kehidupan
|
sehari-hari.
|
62
|
63
|
64
|
65
|
66
|
67
|
68
|
Salah
|
satunya
|
adalah
|
pengalaman
|
selama
|
anda
|
di
|
69
|
70
|
71
|
72
|
73
|
74
|
75
|
kelas
|
X
|
sekarang.
|
Mungkin,
|
anda
|
pernah
|
mengalami
|
76
|
77
|
78
|
78
|
79
|
80
|
81
|
pengalaman
|
seru
|
bersama
|
teman-teman.
|
Pengalaman
|
82
|
83
|
84
|
85
|
86
|
Yang
|
Anda
|
alami
|
dapat
|
diceritakan
|
kepada
|
87
|
88
|
89
|
90
|
91
|
92
|
teman-teman
|
sekelas.
|
Tentunya
|
dalam
|
menceritakan
|
95
|
96
|
97
|
98
|
99
|
pengalaman//
|
Anda
|
harus
|
memperhatikan
|
cara
|
101
|
102
|
103
|
104
|
105
|
Berbicara
|
dalam
|
menyampaikan
|
apa
|
yang
|
ada
|
106
|
107
|
108
|
109
|
110
|
111
|
Dalam
|
pikiran.
|
112
|
113
|
Dalam
perhitungan grafik Fry dibutuhkan data 100 kata. Data 100 kata dalam makalah
ini ditandai dengan langbang garis miring dua (//). Berdasarkan data di atas
data 100 kata dimulai dari kata dalam sampai
dengan kata pengalaman.
Jumlah
kalimat dalam data tersebut adalah 10, kalimat. Kalimat pertama dimulai dari kata dalam sampai dengan kata pengalaman, kalimat kedua dimulai kata pengalaman sampai dengan kata memahaminya, sedangkan kalimat ketiga
dimulai kata dengan sampai dengan kata bertambah,
kalimat keempat dimulai kata apakah sampai
kata harian, kalimat kelima dimulai kata buku sampai kata alami, kalimat keenam dimulai kata ada sampai kata sehari-hari,
kalimat ketujuh dimulai kata salah sampai kata sekarang, kalimat kedelapan dimulai
kata mungkin sampai kata teman-teman, kalimat kesembilan dimulai kata pengalaman sampai kata sekelas, dan kalimat kesepuluh dimulai dari kata tentunya sampai kata pikiran
Kalimat
kesepuluh dalam perhitungan ini hanya
dipakai 0,25 dimulai dari kata ketentuan sampai
dengan kata pengalaman. Perhitungan 0,25 dapat dijelaskan sebagai berikut. Kalimat kesepuluh
terdiri atas 16 kata, sedangkan dalam perihutungan ini hanya dipakai 4 kata.
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung dengan rumus: jumlah kata yang dipakai
dalam perhitungan grafik dibagi jumlah kata seluruh kata. Penghitungannya
adalah 4/16 sama dengan 0,25. Sehingga
jumlah kalimat di atas adalah 9 + 0,25 sama dengan 9,25.
2.
Penghitungan
Suku Kata
Berikut ini disajikan data suku
dari100 kata yang telah disajikan di bagian sebelumnya.
Dalam
|
pe la ja ran
|
I ni
|
an da
|
Akan
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
Berlatih
|
meceritakan
|
pengalaman
|
Pengalaman
|
tersebut
|
||||||||||||||
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
25
|
27
|
28
|
29
|
30
|
31
|
Dapat
|
anda
|
sampaikan
|
secara
|
ekspresif
|
agar
|
|||||||||||||||
32
|
33
|
34
|
35
|
36
|
37
|
38
|
39
|
40
|
41
|
42
|
43
|
44
|
45
|
46
|
||||||
Orang
|
yang
|
mendengarkan
|
pengalaman
|
anda
|
dapat
|
|||||||||
47
|
48
|
49
|
50
|
51
|
52
|
53
|
54
|
55
|
56
|
57
|
58
|
59
|
60
|
61
|
memahaminya.
|
Dengan
|
demikian
|
diharapkan
|
kemampuan
|
||||||||||||||
62
|
63
|
64
|
65
|
66
|
67
|
68
|
69
|
70
|
71
|
72
|
73
|
74
|
75
|
76
|
77
|
78
|
79
|
80
|
anda
|
dalam
|
menyampaikan
|
informasi
|
akan
|
bertambah.
|
|||||||||||
81
|
82
|
83
|
84
|
85
|
86
|
87
|
88
|
89
|
90
|
91
|
92
|
93
|
94
|
95
|
96
|
97
|
Apakah
|
anda
|
senang
|
menulis
|
pengalaman
|
Dalam
|
||||||||||
98
|
99
|
100
|
101
|
102
|
103
|
104
|
105
|
106
|
107
|
108
|
109
|
110
|
111
|
112
|
113
|
buku
|
harian?
|
Buku
|
harian
|
dapat
|
menjadi
|
biografi
|
|||||||||||
114
|
115
|
116
|
117
|
118
|
119
|
120
|
121
|
122
|
123
|
124
|
125
|
126
|
128
|
129
|
130
|
131
|
132
|
Sederhana
|
yang
|
memuat
|
Segala
|
aktivitas
|
dan
|
pengalaman
|
||||||||||||||||
133
|
134
|
135
|
136
|
137
|
138
|
139
|
140
|
141
|
142
|
143
|
144
|
145
|
146
|
147
|
148
|
149
|
150
|
151
|
152
|
|||
yang
|
telah
|
anda
|
alami.
|
Ada
|
Beragam
|
pengalaman
|
||||||||||
153
|
154
|
154
|
155
|
156
|
157
|
158
|
159
|
160
|
161
|
162
|
163
|
164
|
165
|
166
|
167
|
167
|
yang
|
Telah
|
anda
|
alami
|
dalam
|
kehidupan
|
sehari-hari.
|
|||||||||||||
168
|
169
|
170
|
171
|
172
|
173
|
174
|
175
|
176
|
177
|
178
|
179
|
180
|
181
|
182
|
183
|
184
|
185
|
186
|
|
Salah
|
satunya
|
adalah
|
pengalaman
|
selama
|
Anda
|
di
|
|||||||||||
187
|
188
|
189
|
190
|
191
|
192
|
193
|
194
|
195
|
197
|
198
|
199
|
200
|
201
|
202
|
203
|
204
|
205
|
Kelas
|
X
|
sekarang.
|
Mungkin,
|
anda
|
pernah
|
mengalami
|
|||||||||
206
|
207
|
208
|
209
|
210
|
211
|
212
|
213
|
214
|
215
|
216
|
217
|
218
|
219
|
220
|
221
|
pengalaman
|
seru
|
bersama
|
teman-teman.
|
Pengalaman
|
||||||||||||
222
|
223
|
224
|
225
|
226
|
227
|
228
|
229
|
230
|
231
|
232
|
233
|
234
|
235
|
236
|
237
|
238
|
yang
|
Anda
|
alami
|
dapat
|
diceritakan
|
kepada
|
||||||||||
239
|
239
|
240
|
241
|
242
|
243
|
244
|
245
|
246
|
247
|
248
|
249
|
250
|
251
|
252
|
253
|
teman-teman
|
sekelas.
|
Tentunya
|
dalam
|
menceritakan
|
||||||||||||
254
|
255
|
256
|
257
|
258
|
259
|
260
|
261
|
262
|
263
|
264
|
265
|
267
|
268
|
269
|
270
|
271
|
pengalaman//
|
|||
272
|
273
|
274
|
275
|
Untuk mendapatkan simpulan apakah
sebuah teks memiliki keterbacaan dapat diukur dengan formula grafik Fry, langkah
yang dilakukan adalah dengan menghitung jumlah suku kata dalam dari jumlah 100
yang telah ditentukan.
Berdasarkan penghitungan suku dari 100
kata yang telah ditentukan di bagian sebelumnya diperoleh informasi bahwa
terdapat 275 suku kata dari 100 kata tersebut. Hasil tersebut belum dapat
dimasukkan dalam grfik fry. Hal ini disebabkan grafik Fry merupakan penelitian
yang dilaksanakan untuk bahasa Inggris, sedangkan penelitian ini objeknya
adalah teks berbahasa Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Harjasujana dan Mulyati dalam Kisyani (2006:4.20) bahwa Grafik Fry tidak bisa
digunakan untuk mengukur keterbacaan wacana dalam bahasa Indonesia, kecuali
jika dilakukan pemodifikasian terhadap alat tersebut. Harjasujana dalam Kisyani
(2006:4.20) memberikan formula bahwa hasil perhitungan suku kata tersebut
dikalikan 0,6. Berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan penghitungan sebagai berikut.
275 x 0,6 = 165
Dari perhitungan tersebut diperoleh
data bahwa penggalan artikel yang diteliti dalam makalah ini terdiri atas 185
suku kata.
3.
Analisis
Data Berdasarkan Grafik Fry.
Langkah berikutnya setelah menghitung suku
kata adalah memasukkan hasil hitungan tersebut ke grafik Fry.
Berdasarkan data hasil penghitungan kalimat,
dan suku kata diperoleh informasi bahwa terdapat 9,25 dan 165 suku kata. Data
tersebut dimasukkan dalam grafik Fry sebagai berikut. Berdasarkan grfik Fry
data tersebut masuk di koordinat (9,25;165). Koordinat tersebut berada di area
12 grafik Fry.
Perhatikan grafik fry berikut ini yang
diterapkan dalam hasil perhitungan di atas.

Gambar di atas merupakan Grafik Fry.
Grafik Fry dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan teks. Jumlah kata yang
dipakai sebagai sampel dalam grafik Fry adalah 100 kata.
Berdasarkan
grafik di atas buku yang berjudul Aktif Dan Kretif Berbahasa Indonesia 1 Untuk
Kelas X SMA/MA karya Adi Abdul Somad,
dkk yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan, Kemendiknas tahun 2008 secara online
berada pada titik koordinat (9,25;165). Titik koordinat di atas berada di
daerah invalid. Dengan demikian buku
tersebut tidak cocok untuk siswa kelas X SMA/MA.
F. Diskusi Hasil Data
Berdasarkan
data pada subab D buku yang berjudul Aktif Dan Kretif Berbahasa Indonesia 1 Untuk
Kelas X SMA/MA karya Adi Abdul Somad,
dkk yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan, Kemendiknas tahun 2008 secara online
mampu dipahami atau terbaca oleh siswa kelas X SMA. Kemampuan siswa memahami
sampel bacaan tergolong baik dengan rata-rata 74,9. Angka tersebut jika
dihubungkan dengan kreteria ketuntasan pada strandar nilai nasional yang hanya
70 persen merupakan angka yang melebihi standar tersebut. Dalam kreteria nilai
angka 74,9 merupakan angka dengan kreteria cukup.
Hal
tersebut menunjukkan bahwa wacana sebagai sampel dalam penelitian ini disebut
atau dianggap memenuhi keterbacaan bagi siswa kelas X SMA/MA.
Berdasarkan
data pada subab E diperoleh informasi bahwa menurut formula Fry buku berjudul Aktif Dan Kretif Berbahasa Indonesia 1 Untuk
Kelas X SMA/MA karya Adi Abdul Somad,
dkk yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan, Kemendiknas tahun 2008 secara online
tidak cocok untuk dibaca siswa kelas X SMA sebab berdasarn grafik Fry wacana
tersebut berada di daerah tidak valid.
Bahwa
hal tersebut wajar, sebab formula yang dibuat oleh Fry merupakan formula yang
diujicobakan pada bahasa Inggris. Formula ini mendasarkan formula
keterbacaannya pada dua faktor utama, yakni panjang-pendeknya kata dan tingkat
kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang
membentuk setiap kata dalam wacana tersebut.
Semakin panjang sebuah kata semakin dianggap
sulit dalam formula tersebut.
Padahal dalam bahasa Indonesia
sebuah kata yang panjang belum tentu dapat dikatakan sebagai kata sulit.
Misalnya kata merupakan, kata yang panjang menurut ukuran formula Fry
dan itu berarti kata ini merupakan kata yang sulit. Tetapi dalam bahasa
Indonesia kata ini bukan merupakan kata yang sulit. Sebab siswa SD
saja dapat memahami makna kata tersebut. Jika kita bandingkan dengan kata teks
yang terdiri atas empat huruf yang dalam pandangan formula Fry dikatagorikan
sebagai kata yang mudah bagi orang Indonesia justru ini adalah kata yang sulit.
Hal ini terbukti bahwa kata ini tidak
dapat dimaknai /difahami oleh sebagian siswa SD.
Oleh
sebab itu dalam analisis ini formula yang dirumuskan oleh Fry dijadikan sebagai
bahan pembanding dari formula tes.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa buku berjudul Aktif Dan Kretif Berbahasa Indonesia 1 Untuk
Kelas X SMA/MA karya Adi Abdul Somad,
dkk yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan, Kemendiknas tahun 2008 cocok/terbaca oleh siswa kleas X SMA.
G. Simpulan
Berdasarkan
hasil data dan diskusi dapat disimpulkan
bahwa buku berjudul Aktif Dan Kretif
Berbahasa Indonesia 1 Untuk Kelas X SMA/MA karya Adi Abdul Somad, dkk yang diterbitkan
oleh Pusat Perbukuan, Kemendiknas tahun 2008
cocok/terbaca oleh siswa kleas X SMA.
Daftar Bacaan
Kisyani, 2006. “Penerapan
Formula Keterbacaan’’ dalam Membaca 2 (
Modul UT).
Kusmana, Suherli. 2008. ”Keterbacaan Buku Teks Pelajaran
Berdasarkan Keterpahaman Bahasa Indonesia”. Dalam Jurnal Bahasa dan
Sastra Vol.8 Nomor 2 tahun 2008.
Sulastri, Isna. 2010. “Keterbacaan Wacana Dan
Teknik Pengukurannya” (artikel online) http://uniisna.wordpress.com/ diakses
26 Mei 2012.
Somad, Adi Abdul,
dkk.2008. Aktif
dan Kreatif Berbahasa Indonesia 1 : untuk kelas
X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Tampobolon, D.P.
1990. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca
Efektif dan Efesien. Bandung: Angkasa.
LAMPIRAN
Teks yang
dianalisis keterbacaannya.
Menceritakan Pengalaman
Dalam pelajaran ini, Anda
akan berlatih menceritakan pengalaman. Pengalaman tersebut dapat Anda
sampaikan secara ekspresif
agar orang yang mendengarkan pengalaman Anda dapat memahaminya. Dengan
demikian, diharapkan kemampuan Anda dalam menyampaikan informasi akan bertambah.
Apakah Anda senang
menulis pengalaman
dalam buku harian?
Buku harian
dapat menjadi
biografi sederhana
yang memuat
segala aktivitas dan pengalaman yang telah Anda alami.
Ada beragam pengalaman
yang telah Anda alami dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya adalah
pengalaman selama
Anda berada di Kelas X sekarang. Mungkin, Anda pernah mengalami
pengalaman seru bersama teman-teman. Pengalaman yang Anda alami dapat diceritakan
kepada teman-teman sekelas. Tentunya, dalam menceritakan pengalaman, Anda harus memperhatikan cara berbicara dalam menyampaikan apa yang ada dalam pikiran.
Hal tersebut dapat ditunjang dengan ekspresi dan gerak tubuh sehingga pendengar menjadi tertarik mendengarkannya. Pengalaman yang Anda
ceritakan dapat
dilakukan dalam
kegiatan
perkenalan,
berdiskusi, dan bercerita.
Saat menceritakan pengalaman
tersebut, Anda
dapat meng- gunakan berbagai macam
ekspresi wajah, antara lain:
1. senang;
2. sedih;
3. terharu;
4. kesal.
Ekspresi wajah tersebut dapat menunjang
kegiatan penyampaian cerita Anda. Dengan demikian,
orang yang menyimak cerita Anda
akan lebih mudah memahami cerita yang Anda
sampaikan.
Sekarang, temukanlah berbagai macam
ekspresi
lain
yang
belum disebutkan. Perhatikanlah wajah Anda
di depan cermin.
Berbagai ekspresi wajah yang Anda praktikkan tersebut me- rupakan hal
yang sangat penting
dalam kegiatan menceritakan pengalaman Anda. Tanpa ekspresi, penyampaian cerita Anda akan terkesan datar dan biasa-biasa saja. Hal ini, tentunya, akan membuat
pendengar menjadi bosan.
Berikut ini contoh pengalaman yang dialami oleh teman Anda, Priska Anggraeni. Bacakanlah dengan ekspresif di depan teman-teman atau keluarga.
Teman-teman yang baik, perkenalkan nama saya adalah Priska Anggraeni.
Dalam kesempatan
ini, saya akan menceritakan pengalaman saya dalam melakukan kegiatan pendidikan untuk anak jalanan.
Pengalaman tersebut
saya lakukan
ketika bergabung dengan sebuah yayasan yang mengurusi
anak
jalanan.
Mungkin, bagi yang belum pernah berkecimpung
dengan dunia anak jalanan
akan merasa asing
dengan mereka. Memang tidak mudah mendidik
keterampilan
anak-anak jalanan (anjal) yang masih
haus belaian kasih
sayang orangtuanya. Berbagai cara pun dilakukan
yayasan- yayasan yang mengasuh anak-anak tersebut., termasuk
yayasan tempat saya mencurahkan tenaga dan pikiran untuk
membantu anak jalanan.
Adapun yayasan tempat saya mengabdikan diri bernama Yayasan Widya
Dharma. Bersama yayasan tersebut, kami
menangani anak
telantar
dengan
mendekatkan mereka pada akses
pekerjaan. Prinsip dasarnya, kalau anak telantar
diberi pekerjaan yang lebih nyata, mereka diharapkan tidak akan meminta- minta lagi di jalanan.
Bersama Koordinator Pendamping Anak Jalanan Yayasan Widya Dharma, kami menawarkan beragam
program untuk membantu
anak jalanan. Di antaranya, keterampilan
menyablon hingga
kemampuan
bekerja di bengkel. Kami pun tidak jarang melakukan kerja sama dengan
lembaga lain untuk memberikan pendidikan bagi anak jalanan tersebut.
Untuk menjalankan program tersebut, yayasan tidak
perlu mengasramakan 130 anak-anak telantar
yang ditangani. Dalam hal ini, kami bertindak sebagai pendamping yang mendatangi dua tempat
anak-anak telantar binaan kami, yakni di kawasan
Rungkut dan Putat Jaya, Surabaya. Di sana, anak jalanan tersebut diajak
untuk terampil dengan
diberikan pelatihan-pelatihan.
Salah satu tujuan pelatihan-pelatihan tersebut ialah untuk
menumbuhkan
kreativitas anak jalanan.
Perlahan, program tersebut membuahkan
hasil. Di Banyu Urip, saat ini telah berdiri tiga usaha sablon yang dikerjakan anak-anak tersebut. Di Dukuh Pakis juga berdiri bisnis serupa. Sementara, di Putat Jaya saat ini berdiri tiga unit usaha perbengkelan. Memang
hasilnya tidak terlalu besar,
tetapi mereka kini telah memiliki aktivitas bermanfaat.
Selain itu, kami juga berkordinasi dengan lembaga
lain, seperti Sanggar Alang-Alang milik Kak Didit Hape. Lembaga yang telah sembilan tahun berdiri itu menawarkan pendidikan etika dan estetika untuk anak- anak jalanan yang bergabung.
Mereka boleh belajar dengan gratis. Asal, mereka sopan dan tidak berkata-
kata jorok. Itulah SPP belajar di sanggar itu.
Kak Didit membagi program pendidikannya menjadi
tiga, yakni pendidikan
anak usia dini (PAUD), pendidikan anak usia sekolah (PAUS), dan pendidikan
anak usia remaja (PAUR). Kalau diistilahkan, ini semacam TK anak
miskin. Kami dapat belajar banyak dari sanggar tersebut.
Kami pun pernah bekerja sama dengan PantiAsuhan Bhakti Luhur. Panti asuhan ini punya cara lain untuk mengentas anak-anak binaannya. Mereka
menyediakan 60 pengasuh
untuk anak didiknya.
Mereka mengalami macam-macam kebutuhan.
Mulai buta sampai lemah mental.
Adapun di tempat lain, yaitu di
Penitipan
Ibu dan
Anak Matahari Terbit, anak-anak
asuh diberi bekal pengetahuan dasar tentang hidup. Mulai rutinitas
seperti mandi atau makan, hingga bekal pengetahuan
tentang moral, tata krama, dan kemandirian. Memang,
hasilnya lumayan terasa.
Mereka sudah bisa mengatur
pola kehidupan sendiri.
Bagi saya,kegiatan
yang saya alami tidak lain sebagai
bahan motivasi bagi teman-teman yang ingin menyisihkan
waktunya untuk mengabdikan diri bagi dunia pendidikan
anak jalanan. Pengalaman yang saya ceritakan ini tiada lain
juga sebagai upaya
menggugah kita bahwa masih banyak anak
di negeri
ini yang
belum mendapatkan pendidikan yang layak untuk
masa depan. Demikianlah
pengalaman ini saya sampaikan. Semoga
bermanfaat bagi teman-teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar